Kamis, 30 Maret 2017

Gerbong

seperti kereta, hidup ini bergerbong-gerbong. gerbong panjang, pendek, sampai tanpa gerbong.
gerbong panjang. hampir pasti aku merasakan sesuatu yang tidak bisa saya rubah keseluruhannya. sesuatu itu begitu mengikat dalam ritme hidupku. aha ini gerbong semu, tak nampak tapi begitu menjadikanku laksana gerbong perjalanan yang tak sanggup aku keluar dari ruang nya. gerbong ini tetap membawaku sampai pada pemberhentian-pemberhentian yang telah diberitahukan kepadaku. gerbong ini begitu biasa, sebab aku tak pernah menanyakan detail gerbong ini, yang kutahu sedang berjalan dan enjoy saja membawaku, berjalan seiring derap putar roda yang menghantarkanku, ke tujuan. tujuan perjananku, yang diberitahukan ke aku, perjalanan yang harus kuikuti. sampah banget. tidaklah. aku tidak melanjutkan cerita ini dengan turun gerbong dan ganti gerbong. ini bukan petualangan yang sedang kukerjakan. ini tidak akan berakhir dengan pergantian-pergantian yang tiada akhir, terus dapat diganti dan diulang-ulang.

Hidup ini menghaparkan banyak pilihan. memilih, dipilih, mungkin juga dipilihkan, bisa juga terpilih. bagi saya kesemuannya menyimpan dampak dan resiko masing-masing. harus kita sadari ataupun tidak usah disadari, konsekwensi pilih-pilih ini menjadikan kita sebagian mengorbankan, dan sebagian mendapatkan. saat saya berkomitmen dengan seseorang, menghilangkan sedikit batas ke"aku"anku, menerima dia. menerima mereka dan akhirnya mempertajam beda dengan yang lainnya.
aku bertanya. sejak kapan aku sangat berbeda dan memiliki identitas yang membedakan dengan mereka. ya, saat aku bersama kamu, berkumpul dengan kalin. menjadikan mereka bukan kita. saat itulah aku adalah kalian, selain mereka, bukan mereka. selanjutnya benar2 aku tidak diterima mereka, aku menjadi musuh mereka juga, akhirnya. bermusuhan karena ikatan kita.
baiklah jika aku berjalan sendiri, apakah aku tidak mampu, tidak bisa menyusuri kehidupan ini, huh mungkin juga jalanku akan sempit dan licin, tapi peluangku hilang setengan saat berjalan denganmu.
apa sih dengan kalian aku coba berfikir lagi.

ah begini saja!
bahwa gerbong akan sangat membantu itu hanya ilusi. ya kresi otak yang seakan-akan saja. tidak pernah terjadi fix. hanya menjadi kebanggaan saat mencurahkan pada orang lain. seolah-olah penting. tidak tidak begini.

coba aku tulis ulang.
aku lebih suka "jangan percaya gerbong". karena gerbong hanya maju kepalanya duluan, banyak yang berhenti kehabisan bahan bakar. umur manusia hanya 20 tahun menahkodai gerbong. selebihnya sisa-sisa sampai berhenti pasti.

ah pusing menulis gerbong ini....




Selasa, 03 Mei 2016

Guru ilmu

Seorang manusia yang telah menguasai betul sebuah ilmu, seorang ilmuan, berbeda dengan seorang guru yang menyampaikan ilmunya, sedalam yang dimiliki sang guru. Dari pernyataan ini aku memilih seorang ilmuan diatas pasti berilmu lebih dalam,
dari pada sang guru, yang ilmunya terpecah sebagian, sebab kepemilikannya ilmu yang lain, ilmu tentang kemampuan menyampaikan ilmunya kepada orang lain. Seandainya anakku tidak lagi terbebani dengan keharusan profesi atas pilihan belajarnya. Maka kupilihkan filsafat sebagai makanannya. Seandainya aku tak takut akan kampuannya menjual ilmunya. Sekali lagi dalam tulisan aku melihat duniaku sebagian. Dan itu aku mengenalnya sebagai bagian keabadianku. Lalu, hanya sedikit kemampuan ia menjelaskan kepada orang lain, maka jadilah ia guru. Apakah sang maha guru selalu mengerti benar atas perjalanan murid. Sungguh kerdil si guru bila ia hanya menakar perbuatan muridnya hanya dengan segumpal pengetahuan dan pengalamannya. Haruslah dimengerti jika sekarang keluasan sumber dan percepatan kualitas SDM, variasi penemuan ilmu baru telah membedakan zaman dahulu, zaman sang guru belajar dibanding zaman ini, zaman sang guru saatnya mewariskan ilmunya. Wariskanlah, biarkan dan mungkin akan digunakan oleh ahli waris seperti barang yang juga punya harga dan cara jual-belinya. Sedikit matang dalam berfikir, seorang pembelajar filsafat akan sangat bisa menjadi pelatih, tutor, guru. Tanpa ia harus merubah kesukaannya menelanjangi ilmu dan menelannya. Okey aku salah. prototipe yang ditulis ini punya latar ilmu kependidikan jadi mudah baginya menyampaikan gagasannya. Dan sekali ia melakukannya...sulit baginya menjadi terdalam, terbaik ilmunya, disanding menuju para pemikir, menuju disebut filosof.

Labels

Asal (23) Perbuatan (22) Sikap (22) Suasana (18) Pertanyaan (15) Dream (10) Perjalanan (10) Tinggal Menerima (6) Main-main (4)