Rabu, 30 Januari 2013

menolong kalau mampu

mengukur baik buruk memang perlu patokan, bagi saya, seorang muslim patokan yang pertama saya adalah Islam sebagai pedoman, saya harus menterapkan apa perintah dan apa larangan di islam, selanjutnya saya bisa ukur membedakan mana baik, mana buruk.  dalam satu fakta peristiwa, sudut yang berbeda akan menimbulkan hukum yang tentu tidak sama, ini karena "kisah" prosesnya berbeda itu. pertama, titik yang paling absurd, sebagaimana ungkapan "niat baik, apakah cukup tanpa tindakan.  Tindakan merugikan apa sudah impas dengan niat yang baik saja".  Kedua, cocok dan baik, apakah berlaku untuk semua?, karena ada hal yang sifatnya tertentu, khas, dan menjadi penciri individu/sesuatu barang, tak ada yang sama persis/kembar di jagad ini.  jadi cocok untuk saya belum tentu cocok untuk kamu, dia, bejo, dino dst (tolak universalisasi...tolak universalisasi...)...ketiga tidak sepanjang masa, semua fakta2 sama persis. "baik untuk sekarang, tidak baik di terus2 kan".  Rumus "paten" hanya untuk barang, tidak untuk manusia.  Keempat, berbuat baik harus dengan pertimbangan apakah tidak malah mendatangkan kerugian bagi tertolong, perdebatan disini saya kira tepat bila membahas tentang cara2 menolong yang keliru.  dan terakhir, kelima, "dibantu atau tidak, apa bedanya" dibantu tidak tambah maju, dibiarkan juga tak ketinggalan, ke-PEDE-an tentang adanya pahlawan jangan dikembangkan dalam bab ini.  karena argumen tentang kemandirian, kesamaan kemampuan dan potensi sangat dominan di otak saya. saya heran pada orang yang mengucap "tanpa saya, tempat ini mana mungkin maju" padahal jika kamu tidak disini masih banyak orang lain yang pingin memajukan tempat ini.  kita ucapkan saja "dengan saya tempat ini belum tentu maju, tanpa saya belum tentu tempat ini tidak maju (ngambang banget....tidak cocok untuk kampanye....) dan nyatanya...daya jelajah dan kemampuan manusia sangat terbatas walaupun sudah super sibuk keseharian, seandainya ada pen-TOKOH-an yang jadi "masyhur" sebenarnya hanya bisa dicapai melewati batas karya kemanusiaan manusia, itu saya sebut hanya bola es-citranya, karena ada dokumentasi perbuatan-karya yang dipentaskan lagi.  Berbuat baik tiada ruginya, minta-tolong mudah dilakukan sepanjang waktu, agar minta-tolong itu baik, ada caranya.  menolong juga tidak tidak ada batasnya.  batasi sendiri,.Menolonglah sampai batas kalau mampu. saya ikut "ia yang bijak jeli dan lihai"...
bagaimana yang diajarkan kepada kita?...
tuhan memulai gambaran orang bertakwa dengan "kemauan" memberikan harta.  penjelasannya, karena  memberikan harta merupakan gambaran kebaikan dari perbuatan riba yang dilarang, riba yang didapat dari proses pemerasan berlipat-lipat atas harta orang lain...sedangkan "infaq" memberikan pertolongan kepada orang lain tanpa embel2 bersyarat. dan sungguh "mengeluarkan" harta diwaktu lapang maupun sempit sangat susah dilakukan, maka siapapun yang menolong dengan harta adalah pencapaian terhadap kepatuhan yang tinggi, disebutlah takwa.ini model utama, menolong dengan harta.slm

Sabtu, 26 Januari 2013

CorrupT!!!

ibarat perjalanan kekekalan energi, pasti dalam tiap perubahannya, tidak mudah berubah seratus persen, seperti perubahan energi listrik menjadi energi gerak, harus di kurangi dengan panas dinamo.  bagaimana dengan birokrasi?.
namanya birokrasi, pekerjaan paling banyak adalah administratif, maunya ideal dengan sangat mekanistik, dan agar mekanistik berjalan seratus persen perlu diatur, di mark up, agar sesuai antara jumlah rencana dan laporan evaluasinya.  lha sampai disini, pengaturan itu yang bermasalah, sedangkan idealnya mekanisme itu biar berjalan apa adanya tanpa pengaturan, aturannya adalah jangan diatur.  sungguh permintaan yang sangat mustahil.  tidak tersedia ruang jelas tentang alih daya dan fungsi yang dibenarkan.
makanya saya tetap teringat model2 penganggaran jaman kuno, jaman orde baru, selalu dimana2 "galak" dengan item terakhir berbunyi lain2 10 % dan itu syah. artinya model persentase efisiensi berubah wujud lain sudah diperkirakan, yang waktu itu wajarnya adalah 10 persen.  sekarang maunya seratus persen eh malah hal mustahil itu.  selesainy laporan diatas meja berupa bukti2 tulisan sekarang sangat tertunjang untuk dibuat dengan perangkat2 memadai, memalsu tanda tangan, stempel, pengaturan tanggal, hari, acara dst.  seolah kejar mengejar antara pengaturan dan aturan yang menginginkan "jangan diatur" selalu terus berkembang, menjadikan kesan ciri khas birokrasi yang semakin tegas, PENGATURAN, menciptakan tenaga pekerja kretif pengatur. maka jangan ditanya keaslian lapangan hasil kerja unit2 birokrasi ini, pasti mudah ditemukan kepalsuan, fiktif dan rekayasanya, dan jarang yang benar2 terbina sebab gak ada yang jadi pembina sejatinya. untuk ini saya mengakui "potret tidak mungkin sama dengan realitas objek". Apakah tidak lebih mendingan dari paparan yang tidak sistematis diatas, dialurkan yang lebih sederhana, bukan menjadi lebih rumit.  Bahwa; kecenderungan penyempurnaan sistem dengan keinginan menghitung apa saja yang sudah ditemukan cara menghitungnya, tanpa bertanya apa perlunya, yang ujungnya tidak kenal dengan barangnya, karena tugasnya adalah menghitungi saja.  pertanggungjawaban moral yang disebut2 melekat dalam rekam jalan sebuah kegiatan/peristiwa, sekarang telah cukup dan repot dengan kertas diatas meja yang tujuannya hanya menjadi dokumen dan arsip mati itu.  bagaimana ini tidak disebut "semua yang tersistem itu pasti ada korup?, bukankah peraturan yang mengharuskan mengatur?, apakah mampu menghasilkan agenda yang tidak korup?.dst...maksud saya..... mengatur itu pada posisi "peraturan yang dilaksanakan orang", menjadi celah pengaturan.  dan saya malas berdebat "yang salah itu sistem atau orangnya". saya hanya suka bicara sistemnya.
yang paling gamblang perlu kita tangkap adalah kegalauan terhadap masa depan jika terus hidup di negeri ini, ini menjadi masalah utama yang menakutkan, pengaturan yang mencederai peraturan.  melebihi perkara masyarakat sesungguhnya yang sewajibnya kita takuti seperti kemiskinan dan taraf hidup yang terus kegencet zaman, tidak mungkin dapat ditolong hanya dengan berjalannya mekanisme birokrasi yang repot dengan peraturan dan pengaturan. slm

Labels

Asal (23) Perbuatan (22) Sikap (22) Suasana (18) Pertanyaan (15) Dream (10) Perjalanan (10) Tinggal Menerima (6) Main-main (4)