Sabtu, 26 Januari 2013

CorrupT!!!

ibarat perjalanan kekekalan energi, pasti dalam tiap perubahannya, tidak mudah berubah seratus persen, seperti perubahan energi listrik menjadi energi gerak, harus di kurangi dengan panas dinamo.  bagaimana dengan birokrasi?.
namanya birokrasi, pekerjaan paling banyak adalah administratif, maunya ideal dengan sangat mekanistik, dan agar mekanistik berjalan seratus persen perlu diatur, di mark up, agar sesuai antara jumlah rencana dan laporan evaluasinya.  lha sampai disini, pengaturan itu yang bermasalah, sedangkan idealnya mekanisme itu biar berjalan apa adanya tanpa pengaturan, aturannya adalah jangan diatur.  sungguh permintaan yang sangat mustahil.  tidak tersedia ruang jelas tentang alih daya dan fungsi yang dibenarkan.
makanya saya tetap teringat model2 penganggaran jaman kuno, jaman orde baru, selalu dimana2 "galak" dengan item terakhir berbunyi lain2 10 % dan itu syah. artinya model persentase efisiensi berubah wujud lain sudah diperkirakan, yang waktu itu wajarnya adalah 10 persen.  sekarang maunya seratus persen eh malah hal mustahil itu.  selesainy laporan diatas meja berupa bukti2 tulisan sekarang sangat tertunjang untuk dibuat dengan perangkat2 memadai, memalsu tanda tangan, stempel, pengaturan tanggal, hari, acara dst.  seolah kejar mengejar antara pengaturan dan aturan yang menginginkan "jangan diatur" selalu terus berkembang, menjadikan kesan ciri khas birokrasi yang semakin tegas, PENGATURAN, menciptakan tenaga pekerja kretif pengatur. maka jangan ditanya keaslian lapangan hasil kerja unit2 birokrasi ini, pasti mudah ditemukan kepalsuan, fiktif dan rekayasanya, dan jarang yang benar2 terbina sebab gak ada yang jadi pembina sejatinya. untuk ini saya mengakui "potret tidak mungkin sama dengan realitas objek". Apakah tidak lebih mendingan dari paparan yang tidak sistematis diatas, dialurkan yang lebih sederhana, bukan menjadi lebih rumit.  Bahwa; kecenderungan penyempurnaan sistem dengan keinginan menghitung apa saja yang sudah ditemukan cara menghitungnya, tanpa bertanya apa perlunya, yang ujungnya tidak kenal dengan barangnya, karena tugasnya adalah menghitungi saja.  pertanggungjawaban moral yang disebut2 melekat dalam rekam jalan sebuah kegiatan/peristiwa, sekarang telah cukup dan repot dengan kertas diatas meja yang tujuannya hanya menjadi dokumen dan arsip mati itu.  bagaimana ini tidak disebut "semua yang tersistem itu pasti ada korup?, bukankah peraturan yang mengharuskan mengatur?, apakah mampu menghasilkan agenda yang tidak korup?.dst...maksud saya..... mengatur itu pada posisi "peraturan yang dilaksanakan orang", menjadi celah pengaturan.  dan saya malas berdebat "yang salah itu sistem atau orangnya". saya hanya suka bicara sistemnya.
yang paling gamblang perlu kita tangkap adalah kegalauan terhadap masa depan jika terus hidup di negeri ini, ini menjadi masalah utama yang menakutkan, pengaturan yang mencederai peraturan.  melebihi perkara masyarakat sesungguhnya yang sewajibnya kita takuti seperti kemiskinan dan taraf hidup yang terus kegencet zaman, tidak mungkin dapat ditolong hanya dengan berjalannya mekanisme birokrasi yang repot dengan peraturan dan pengaturan. slm

Kamis, 24 Januari 2013

Sedikit Bedanya



pertama kali mengunjungi negeri orang 14/11/2012, perjalanan padat dan singkat, seperti rombongan ziarah, kata orang2. maklum paket hemat. singapura dan malaysia, sebelum menginjakkan kaki di bandara cangi, bandara singapura, sudah di kasih penjelasan oleh travel agent bahwa itu bandara internasional, beda dengan indonesia disana tertib, bersih, bagus dan yang utama ketat pokoknya.dan benar seperti cerita bapak agent.  saya mengalami di tahan dibandara, yang katanya untuk kepentingan pengaturan lalu lintas pengunjung agar tidak macet, singapura menerapkan cara perjalanan rombongan diatur dengan ditahan seorang-dua orang agar sejam dua jam dibandara.  tapi sebersih apa diluar bandara tetap saja daun tumbuhan berserakan, itu tidak termasuk bersih yang dimaksud secara umum memang sangat bersih di semua tempatnya. bla bla bla keluar singapura masuk imigresen malaysia tak selama/ketat masuk singapura...lancar...bedanya hanya tengah malampun orang keluar masuk antar dua negara itu sangat padat.  terasa beda waktu pulang, sampai bandara surabaya, eh... petugas imigrasi bagian stempel paspor sedang tidur...sedikit mencari-cari dan lumayan sepi. kesan pengaturan ketertiban negara memang beda, tentang bangunan...kayaknya di indonesia, di kawasan tamrin kalau dihitung kasar..lebih banyak indonesia. tapi mereka mampu menampilkan dengan kesan "tertata".  bicara kualitas jalan, saya kira sama. malah orang kalau tidak betul2 pandai nyopir di indonesia, pasti butuh waktu lama berkendara mobil, padat dan sempit kesannya untuk indonesia, yang jelas indonesia luas dan pengendalian kendaraan entah suatu saat bagaimana mengaturnya, semoga pembatasan segera semakin ketat, dan ini bukan jawaban

Labels

Asal (23) Sikap (23) Perbuatan (22) Suasana (18) Pertanyaan (15) Dream (11) Perjalanan (11) Tinggal Menerima (6) Main-main (4)