Apa ya cukup mengabadikan semua hal yang kita lakukan....semakin hari semakin banyak hal yang ingin kuabadikan...ingin aku bisa merasakan ulang saat moment-nya tlah terlewat..aku yakin kita akan kehabisan waktu hanya untuk menyusun langkah yang telah kita lakukan agar menjadi monumen yang layak ditampilkan.lebih dari itu aku mempercayai Tuhan lebih dari dari cukup untuk memerintah makhluknya untuk hanya merekam seluruh perbuatan kita.
Tampilkan postingan dengan label Pertanyaan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pertanyaan. Tampilkan semua postingan
Senin, 11 April 2016
Sabtu, 02 April 2016
Sehat
Bukan perkara siapa atau apa yang benar...tapi pola pola fisik, memberlakukan badan, memberlakukan pola makan, barang yang dimakan, percaya lah barang mahal bukan jaminan kesehatan...kepandaian mengurus dan meramu makanan menjadi inti pembahasan saya;
==standart==
kayaknya setiap bahasan harus dimulai dengan standarisasinya. standart pola sehat adalah makan empat sehat lima sempurna, yaitu terdiri dari karbohidrat, lauk, sayur, buah dan susu. saya merasa ini rumusan yang tak terbantahkan sampai jaman ini.
==perlakuan==
pola hidup sehat dengan pola sehat, makan cukup, istirahat cukup, bersihkan badan dengan rutin, dan jangan lupa, hindari hal-hal yang menyebabkan rentannya badan dan kesehatan kita, semisal begadang berlebih, mengkonsumsi makanan berlemah terlalu tinggi, beralkohol terlalu tinggi, dan seterusnnya.
==kebutuhan fisik==
berdasarkan para ahli netter kebutuhan fisik kita perhari adalah sesuai kebutuhan masing-masing dan sesuai rizki-takdir masing-masing wkwkwkwkwkwkwkwk.........memang begitu coy, ane lama-lama muak dengan istilah diet kalori, sekian persen dibutuhkan dst..dst....sudahlah cari aja makanan dan minuman yang halal, sudah pasti akan sehat sampai ke otak.kalaupun mati karena makanan itu semoga khusnul khotimah.....pasti...insya allah....
udah gue bilangin kalau kebutuhan asupan makanan fisik sebenarnya tidak banyak dan tak usah dihitang-hitung. Nabi ku mengatakan makanlah kalau sudah lapar, berhentilah sebelum kenyang. inilah ajaran yang paling berharga sampai sekarang, mudah dihafal dan tak banyak yang mau melakukan hehehehe.....okey lanjut...saya sangat respek dengan pola makan sehat seperti hanya makan kentang, hanya makan apel, dan terbukti pelakunya memiliki badan yang bugar dan berseri. kayaknya patut ditiru sebagai usaha. kecuali kita memang mewarisi ilmu panjang umur atau bahkan menguasai ilmu pengendali ajal....malah serem kan....semakin khayal juga....
terus....dengan berusaha makan-makanan yang bebas pestisida, bebas penyakit dan kadar yang cukup kita berharap tubuh kita senantiasa bugar, sehat, vitalitas terus tinggi, mampu memperlambat penuaan, dan so pasti juga umur panjang....ini yang paling sulit digagas. karena kita terlanjur percaya dan jelas umur tiada yang tahu. umur tidak bisa dibuat. iya juga, bayangkan kalau umur panjang dan sakit2an terus, sungguh menyiksa kan....tetapi kita ingin memiliki umur yang bermanfaat berguna, umur yang memberi makna, seperti belajar bermakna....hehehehehe....oh tuhan aku sebenarnya sedang mabuk ang tidak pasti, berpikir dengan yang bukan berpikir, dan akhirny inilah tulisan itu tentang AYO..SEHAT!
Senin, 23 Februari 2015
Menuju sekolah indera
Pendidikan mengandaikan outputnya menjadi individu yang
mumpuni dalam pengetahuan maupun ketrampilan. Nah dalam proses pembelajaran ini
kemudian disuguhkan berbagai informasi pengetahuan dan ketrampilan maupun teori
memecahkan persoalan pada umumnya, untuk bekal mengarungi perjalanan
selanjutnya, perjalanan hidup bersama manusia lainnya, terjun di masyarakat.
Kritik pendidikan bisa dirunut mulai dari sajian kurikulum, metode
yang digunakan, analisis output yang diserap pasar. Yang secara umum ‘digeneralisasi’
kegagalan dunia pendidikan kita disebabkan oleh sistem pendidikan kita yang
tidak mampu menghasilkan output siap kerja ataupun sesuai dengan standart
pasar, lulusan akhirnya bekerja dengan “diluar skill” yang didapat dibangku
sekolah. Inipun juga bukan semata kesalahan lembaga pendidikan jika kasusnya “yang
bekerja dengan tidak sesuai ijazahnya” memiliki pilihan sendiri terjun kerja pada
peluang yang ada, berbeda dengan yang diajarkan dibangku pendidikan. Tetapi
intinya kembali kita menyatakan sistem pendidikan kita tertuduh tidak mampu
mengantarkan lulusan sesuai kebutuhan hidup dikemudian harinya.
Menggagas yang baru:
Perihal metode pendidikan dan “epistemic authority” serta struktur
pengetahuan, jika dipermasalahkan, toh kita diberi kebesasan memilih, bahkan
boleh menyediakan diri jika mampu menggagas yang diprediksi paling bagus untuk
memproses peserta didik sesuai dengan target ‘keluaran’. Munculnya sekolah
berafiliasi “luar negeri”, model sekolah alam, konsep fullday scholl, dan
sederet konsep sistem yang diunggulkan, tetaplah memiliki kelebihan dan
kekurangan. Akhirnya kejelian orang tua sebagai pengarah anak menjadi penting, sebagai
penentu dalam maksimalisasi pengembangan potensi anaknya masing-masing. Biaya
tentu menjadi resiko tanggungan bagi yang pilih-pilih ini, yang ingin puas
dengan model pendidikan atas output yang dijanjikan setiap “model khusus”
lembaga pendidikan ini.
Pemerintah lalu apa pentingnya? Iya ini amanah undang-undang,
prinsipnya tentang kewajiban pendidikan adalah tanggungan negara. Kemampuan keuangan negara dan kepentingan
standarisasi-lah yang menjadikan negara menerapkan sistem pendidikan yang ditetapkan
paling maksimal untuk diterapkan. Memenuhi fungsinya sebagai pengaturan kebijakan
umum dan penjaga ‘kesatuan bangsa’ lewat pendidikan. Kebijakan pendidikan
lokal? Sudah diatur dan belum ada yang berani melakukan rombakan besar2an,
dilihat dari komitmen para jumlah kepala daerah yang mau mati-mati an memajukan
lembaga pendidikan meskipun bersifat “kedaerahan”. Belum muncul “percontohan”
yang dimunculkan atas inisiasi dan dukungan penuh yang berlingkup “kekhasan daerah”.
Kasuistik yang mengagumkan:
Jangankan saya, yakin, semua penggiat pendidikan yang resah
juga belum punya rumus jitu menggerakkan dunia pendidikan kita (hehehe…asal
klaim aja nih). Lepas dari rentetan masalah yang seolah-olah kita jeli
mempermalahkan ini, tapi kita tengok sebntar, bahwa berkali-kali kita dibuat
tercengang dengan prestasi yang diraih anak-anak “didik” kita. Mulai juara
olimpiade level antar negara, penemuan-penemuan istimewa lewat lomba “biasa”,
sampai banyaknya manusia indonesia ‘terdidik’ yang enggan pulang ke tanah “ibu
pertiwi” karena lebih dihargai “ilmunya” di negara lain. Di paragrap ini tak
usah dibahas apakah itu hasil “didikan” normal atau “perlakuan khusus” yang di“treatment”kan.
Yang jelas daripada banyak omong, banyak sudah individu atau kelompok penggiat
pendidikan yang sedemikian rela berjuang ke pelosok-pelosok demi menghantarkan
hak pendidikan ini, demi mengamalkan ilmu mereka dengan atau tanpa campur
tangan pemerintah. Jangan sampai kritik kita muncul sekedar menodai perjuangan,
pengabdian, dan pengorbanan mereka yang jelas-jelas “tanpa pamrih”.
Secuil yang belum digarap, perenungan peluang dan mencari
model pendidikannya:
Maksimalisasi potensi peserta didik, diterawang melalui
kacamata ‘bloom’ atupun ‘gardner’, taksonomi yang “digarap” sudahlah sangat
lengkap. Aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik (:bloom). Kecerdasan
linguistic, matematis-logis, kinestetik, visual-spasial, musik, interpersonal,
intrapersonal, naturalis(-religious:bagi yang bernaung pada agama tertentu) mengadaptasi
dari teori Howard gardner, sudah cukup membuntal-simpulkan teori mendidik kita.
Sekarang coba kita tengok sebentar sebagai fakta-pengalaman ini. Bahwa para
tester kopi, tester teh. Bahwa para ‘pencium’ digudang tembakau, pencium aroma
campuran minyak wangi. Bahwa digunakannya orang yang berpengalaman control
mesin pabrik, yang men-chek kerusakan dengan mendengarkan suara mesinnya,
dengan ketajaman telinga, pembuka brankas dengan ketajaman suara ‘klik’ kunci melalui
pendengarannya. Bahwa ‘tukang angok’ yang berdiri paling depan yang menentukan
arah perahu nelayan dalam mendapat tangkapan ikan. Dan sangat mungkin banyak ‘keahlian’
khusus dimasyarakat kita, yang belum mampu kita ‘potret’ sebagai salah satu
misi dan model pendidikan kita, bahkan sebagai andalan dalam penyiapan dan pengembangan
SDM anak-anak kita. Meskipun nyata mereka dibayar paling mahal dipekerjaan yang
mereka tekuni, mereka sangat dibutuhkan, dan teorinya sederhana, optimalisasi
indera menjadi tenaga ‘ahli’. Sayapun berusaha menemukan konsep ‘matang’
pendidikan model untuk ini. Menarik dan sederhana, Semoga!.
Senin, 10 Februari 2014
burung penasaran dengan kaca jendela
Kamis, 24 Januari 2013
dikembalikan ketanah dengan layak
Saat berjalan-jalan survey untuk kegiatan kkn mahasiswa, sampailah kami bertiga di wilayah besuki, masuk desa jugo kecamatan mojo kabupaten kediri. Disana ada wilayah yang sebut saja “daerah larangan” ini adalah pesan pak camat bambang…aku mengawali pembicaraan. Dan tepat kanan kita adalah kebut itu, kebun karet, iya kan…ada muda mudi yang suka kencan disini..memang tempatnya sangat sepi, sepanjang perjalanan kira2 2-3 kilo perjalanan mobil di perengan bukit. Seandainya berdua masuk kebun ini dan tidak ada petani yang memergoki pasti tidak ada yang menghalangi orang berdua untuk memadu nafsu muda. Apalagi sepeda motor bisa masuk lewat jalan setapak tak berumput menuju dalam hutan karet, pertanda sering digunakan.
“la ya itu jangan sampai ada mahasiswa yang gak ngerti kondisi, trus tiba2 ada operasi satpol PP”…”pinginnya lihat kebun karet tiba2 kerazia.
Lalu aku mengalihkan topik dengan membuka pertanyaan..”wah daerah begini pa gak rawan pembunuhan, kan sepi”. Lalu mas zaini menjawab “dikubur pisan disini, lama2 yo panggah ketahuan”…entah itu lewat mimpi, memberi petunjuk orang atau jadi hantu l;ah kira2…sambungnya
“setiap kejahatan pembunuhan kok selalu ketahuan?” lanjut pertanyaanku.
“itulah bedanya manusia dan hewan, hewan mati urusan bisa selesai, dibuang jadi bangkai, kalau manusia boleh dikembalikan ke asalnya tanah, tapi harus dengan cara yang layak. Kalau dibunuh dan asal kubur tidak bisa, harus dengan layak” pungkasnnya.slm
Kamis, 03 Januari 2013
pertanyaan untuk monografi
tampilan-tampilan statistik, angka-angka apapun itu berguna sebagai ringkasan agar mudah dipahami, tentu setelah dikasih tahu/tiba2 otak tahu sendiri untuk mendapatkan...cara membaca tabel...mendeskrisikan ulang sebagai penjelasan... dan seterusnya. lalu tetap saja, saat saya melihat data BPS, saya kesulitan. apa artinya angka-anmgka itu, sama sekali tidak bermakna...cukup berhentilah itu sebagai data mati. Jumlah sekolah dikawasan, jumlah lahan, jumlah masjid...sama sekali tidak bunyi apa2 selain pengetahuan jumlahnya.
Berikutnya masalah besar kita adalah kemapuan menganalisis hubungan-hubungan, atau menghubung-hubungkan antar data tersebut. mengasah ketrampilan menghubungkan ini bukan semata bisa dihapalkan.
mengambil contoh riset yang disampaikan kepada saya; pertanyaan peneliti adalah ingin mengetahui organisasi-organisasi perempuan, bentuknya apa saja, bagaimana strukturnya, kendala apa yang dihadapi? setelah data terkumpul terus mau apa. kelas penelitian itu masih hanya ingin mengetahui, sesuai pertanyaan dan rumusan masalah. inikah yang disebut monografi data mati. Butuh dijelaskan kembali.
ketrampilan dan kedalaman peneliti bisa dilacak dari kemampuan analisis relational dan kemampuan mengungkap temuan ketimpangan sebagai "benar masalah terjadi" di subjek sasaran, kemudian hasil riset mampu menyumbangkan pengetahuan baru sampai mungkin ditambah solusi yang telah diterap-temukan, atau setidaknya ditemukan "cerita" kejadian sesungguhnya. slm
Berikutnya masalah besar kita adalah kemapuan menganalisis hubungan-hubungan, atau menghubung-hubungkan antar data tersebut. mengasah ketrampilan menghubungkan ini bukan semata bisa dihapalkan.
mengambil contoh riset yang disampaikan kepada saya; pertanyaan peneliti adalah ingin mengetahui organisasi-organisasi perempuan, bentuknya apa saja, bagaimana strukturnya, kendala apa yang dihadapi? setelah data terkumpul terus mau apa. kelas penelitian itu masih hanya ingin mengetahui, sesuai pertanyaan dan rumusan masalah. inikah yang disebut monografi data mati. Butuh dijelaskan kembali.
ketrampilan dan kedalaman peneliti bisa dilacak dari kemampuan analisis relational dan kemampuan mengungkap temuan ketimpangan sebagai "benar masalah terjadi" di subjek sasaran, kemudian hasil riset mampu menyumbangkan pengetahuan baru sampai mungkin ditambah solusi yang telah diterap-temukan, atau setidaknya ditemukan "cerita" kejadian sesungguhnya. slm
Rabu, 05 Desember 2012
extraordinary activity
Langganan:
Postingan (Atom)