Tampilkan postingan dengan label Perbuatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Perbuatan. Tampilkan semua postingan

Senin, 10 November 2014

berserikat

Manusia selain sebagai makhluk individu, disebut juga sebagai makhluk sosial. Dari sini saya berusaha mendekatkan dengan kata "berserikat" sebagai turunan sosial. Karena butuh hadirnya individu lain diluar "aku". Saling membutuhkan, tepatnya saling butuh bantuan, mengisi peran yang harus di isi individu lainnya, menunjukkan keterbatasan karya dan waktu untuk mewujudkan keinginan hidup. Berkreasi dalam rangka memudahkan perjalanan hidup, disinilah peran ketrampilan dan keinginan menyuguhkan tampilan bendawinya. Lalu benda yang menjadi monumen hasil ketrampilan manusia, disediakan untuk pemenuhan "mudah dalam hidup".

Capaian bendawi begitu luar biasa pesatnya, bertambah banyak barang, yang menurut bentuk dan kegunaannya semakin detail dan khusus, semakin mampu menyingkat waktu proses dalam menghasilkan sebuah produk benda, semakin banyak jumlah yang mampu dicipta dalam waktu sesedikit mungkin. Dalam catatan manusia semakin tinggilah ketergantungan atas "berserikat dengan benda", banyak pengalaman yang dicatat sebagai "ilmu tentang benda, memecahkan masalah-masalah benda", untuk manusia. Tiba waktu berikutnya gelisah terhadap karya benda, kembali gelisah dengan sebagai manusia sendiri-sendiri, sebagai individu, sebagai makhluk hidup yang butuh keterangan misteri dirinya sendiri. Yang telah nampak sejak menyadari bisa berbuat, yang menyadari tiada batas, yang menyadari ada batas antara manusia hidup dan mati, antara yang dibahas dan yang dilakukan, antara yang dicari dan yang diinginkan. Pencarian sejak lama tentang hadirnya Tuhan. 

Senin, 17 Februari 2014

bermain api, bakarlah "sampah" hati

 seperti yang dilakukan para penggiat entertain, bermain api yang kata kejadian berikutnya "awas nanti terbakar" coba dimentahkan.  api yang berbahaya ditampilkan sebagai barang yang juga bisa dijinakkan, dikelola, lalu disuguhkan sebagai senda gurau semata.  demi pertunjukan, demi dan mendapatkan uang, diatas biaya rata2 atas jasa "membakar".  sedangkan membakar "sampah" dilakukan karena merupakan kebutuhan, mengurangi volume sampah, menambah nilai manfaat barang tak berguna.
sekarang kita tetapkan kalau bermain api tetaplah rugi, sebab tetap saja berikutnya pasti terbakar.  kita pasti ada terlenanya, dan intinya kita benar-benar tidak mampu mengendalikan api.  aku hanya ingin mengatakan api dan panas menjadi dua hal yang menyatu-pengaruhi, peralihan wujud dan sifat ini yang digunakan sebagai penjelasan.  jika ada api dingin, dan panas tapi bukan api, berarti rekayasa yang mampu memisahkan wujud dan sifat, patut dihargai mahal. seperti foto api itu tak panas, kereta api dingin karena dalamnya AC dan dendam, asmara, ambisi, marah, perang politik, orang2 sebut disitu hawannya "panas".
kita lanjutkan ngelantur-ngawurnya...sebaiknya jangan bermain api, nanti panas, jika punya ilmu pengendali api, bisa memanfaatkannya, dan paling akhir tetaplah bermain api, walaupun belum tahu ilmunya, agar tahu itu api...pokok tak membakar orang lain dan terbakar sendiri tapi dapat mengurangi "sampah" dihati.wk wk wk..

#refleksi diri setelah kakak tahu aku bermain api. 
sehari sebelumnya :tiba2 kakak bilang: kamu tidak kasian sama istrimu, senyam-senyum sendiri, itu jelas modus.
beberapa detik setelahnya: aku berkata: tidak, aku janji akan mengendalikan apiku.sambil kuserahkan bungkusan makanan hangat pagi itu slm

Rabu, 30 Januari 2013

menolong kalau mampu

mengukur baik buruk memang perlu patokan, bagi saya, seorang muslim patokan yang pertama saya adalah Islam sebagai pedoman, saya harus menterapkan apa perintah dan apa larangan di islam, selanjutnya saya bisa ukur membedakan mana baik, mana buruk.  dalam satu fakta peristiwa, sudut yang berbeda akan menimbulkan hukum yang tentu tidak sama, ini karena "kisah" prosesnya berbeda itu. pertama, titik yang paling absurd, sebagaimana ungkapan "niat baik, apakah cukup tanpa tindakan.  Tindakan merugikan apa sudah impas dengan niat yang baik saja".  Kedua, cocok dan baik, apakah berlaku untuk semua?, karena ada hal yang sifatnya tertentu, khas, dan menjadi penciri individu/sesuatu barang, tak ada yang sama persis/kembar di jagad ini.  jadi cocok untuk saya belum tentu cocok untuk kamu, dia, bejo, dino dst (tolak universalisasi...tolak universalisasi...)...ketiga tidak sepanjang masa, semua fakta2 sama persis. "baik untuk sekarang, tidak baik di terus2 kan".  Rumus "paten" hanya untuk barang, tidak untuk manusia.  Keempat, berbuat baik harus dengan pertimbangan apakah tidak malah mendatangkan kerugian bagi tertolong, perdebatan disini saya kira tepat bila membahas tentang cara2 menolong yang keliru.  dan terakhir, kelima, "dibantu atau tidak, apa bedanya" dibantu tidak tambah maju, dibiarkan juga tak ketinggalan, ke-PEDE-an tentang adanya pahlawan jangan dikembangkan dalam bab ini.  karena argumen tentang kemandirian, kesamaan kemampuan dan potensi sangat dominan di otak saya. saya heran pada orang yang mengucap "tanpa saya, tempat ini mana mungkin maju" padahal jika kamu tidak disini masih banyak orang lain yang pingin memajukan tempat ini.  kita ucapkan saja "dengan saya tempat ini belum tentu maju, tanpa saya belum tentu tempat ini tidak maju (ngambang banget....tidak cocok untuk kampanye....) dan nyatanya...daya jelajah dan kemampuan manusia sangat terbatas walaupun sudah super sibuk keseharian, seandainya ada pen-TOKOH-an yang jadi "masyhur" sebenarnya hanya bisa dicapai melewati batas karya kemanusiaan manusia, itu saya sebut hanya bola es-citranya, karena ada dokumentasi perbuatan-karya yang dipentaskan lagi.  Berbuat baik tiada ruginya, minta-tolong mudah dilakukan sepanjang waktu, agar minta-tolong itu baik, ada caranya.  menolong juga tidak tidak ada batasnya.  batasi sendiri,.Menolonglah sampai batas kalau mampu. saya ikut "ia yang bijak jeli dan lihai"...
bagaimana yang diajarkan kepada kita?...
tuhan memulai gambaran orang bertakwa dengan "kemauan" memberikan harta.  penjelasannya, karena  memberikan harta merupakan gambaran kebaikan dari perbuatan riba yang dilarang, riba yang didapat dari proses pemerasan berlipat-lipat atas harta orang lain...sedangkan "infaq" memberikan pertolongan kepada orang lain tanpa embel2 bersyarat. dan sungguh "mengeluarkan" harta diwaktu lapang maupun sempit sangat susah dilakukan, maka siapapun yang menolong dengan harta adalah pencapaian terhadap kepatuhan yang tinggi, disebutlah takwa.ini model utama, menolong dengan harta.slm

Sabtu, 26 Januari 2013

CorrupT!!!

ibarat perjalanan kekekalan energi, pasti dalam tiap perubahannya, tidak mudah berubah seratus persen, seperti perubahan energi listrik menjadi energi gerak, harus di kurangi dengan panas dinamo.  bagaimana dengan birokrasi?.
namanya birokrasi, pekerjaan paling banyak adalah administratif, maunya ideal dengan sangat mekanistik, dan agar mekanistik berjalan seratus persen perlu diatur, di mark up, agar sesuai antara jumlah rencana dan laporan evaluasinya.  lha sampai disini, pengaturan itu yang bermasalah, sedangkan idealnya mekanisme itu biar berjalan apa adanya tanpa pengaturan, aturannya adalah jangan diatur.  sungguh permintaan yang sangat mustahil.  tidak tersedia ruang jelas tentang alih daya dan fungsi yang dibenarkan.
makanya saya tetap teringat model2 penganggaran jaman kuno, jaman orde baru, selalu dimana2 "galak" dengan item terakhir berbunyi lain2 10 % dan itu syah. artinya model persentase efisiensi berubah wujud lain sudah diperkirakan, yang waktu itu wajarnya adalah 10 persen.  sekarang maunya seratus persen eh malah hal mustahil itu.  selesainy laporan diatas meja berupa bukti2 tulisan sekarang sangat tertunjang untuk dibuat dengan perangkat2 memadai, memalsu tanda tangan, stempel, pengaturan tanggal, hari, acara dst.  seolah kejar mengejar antara pengaturan dan aturan yang menginginkan "jangan diatur" selalu terus berkembang, menjadikan kesan ciri khas birokrasi yang semakin tegas, PENGATURAN, menciptakan tenaga pekerja kretif pengatur. maka jangan ditanya keaslian lapangan hasil kerja unit2 birokrasi ini, pasti mudah ditemukan kepalsuan, fiktif dan rekayasanya, dan jarang yang benar2 terbina sebab gak ada yang jadi pembina sejatinya. untuk ini saya mengakui "potret tidak mungkin sama dengan realitas objek". Apakah tidak lebih mendingan dari paparan yang tidak sistematis diatas, dialurkan yang lebih sederhana, bukan menjadi lebih rumit.  Bahwa; kecenderungan penyempurnaan sistem dengan keinginan menghitung apa saja yang sudah ditemukan cara menghitungnya, tanpa bertanya apa perlunya, yang ujungnya tidak kenal dengan barangnya, karena tugasnya adalah menghitungi saja.  pertanggungjawaban moral yang disebut2 melekat dalam rekam jalan sebuah kegiatan/peristiwa, sekarang telah cukup dan repot dengan kertas diatas meja yang tujuannya hanya menjadi dokumen dan arsip mati itu.  bagaimana ini tidak disebut "semua yang tersistem itu pasti ada korup?, bukankah peraturan yang mengharuskan mengatur?, apakah mampu menghasilkan agenda yang tidak korup?.dst...maksud saya..... mengatur itu pada posisi "peraturan yang dilaksanakan orang", menjadi celah pengaturan.  dan saya malas berdebat "yang salah itu sistem atau orangnya". saya hanya suka bicara sistemnya.
yang paling gamblang perlu kita tangkap adalah kegalauan terhadap masa depan jika terus hidup di negeri ini, ini menjadi masalah utama yang menakutkan, pengaturan yang mencederai peraturan.  melebihi perkara masyarakat sesungguhnya yang sewajibnya kita takuti seperti kemiskinan dan taraf hidup yang terus kegencet zaman, tidak mungkin dapat ditolong hanya dengan berjalannya mekanisme birokrasi yang repot dengan peraturan dan pengaturan. slm

Rabu, 05 Desember 2012

filantropi lokal


yang penting maksudnya untuk mencipta daya tahan berbasis kelompok...dulu pernah kepikiran bagaimana caranya punya komunitas yang mampu berproduksi dan memperpanjang rantai produk berputar-putar hanya dalam basis komunitas...
transaksi berjalan...menciptakan keberlangsungan, bisa berupa rantai pangan, rantai ekonomi,  manfaat yang diharapkan  memperketat uang yang menguap dari rantai komunitas...
jika satu komunitas ada penggiat penanam pangan..ditransaksikan untuk makanan ternak si penggiat ternak...hasil sampingan ternak berupa pupuk di transaksikan untuk mengolah  kembali  penggiat tanaman...contoh lingkaran ini mudah2 an semakin besar, dengan diisi banyaknya macam penggiat-penggiat lainnya. kapan2 siklus sederhana ini akan terwujud dalam komunitas yang diidamkan...mandiri dan berdaya tanpa banyak ketergantungan yang disengaja dibalik modus cari laba.
saya memilih membahas filantropi gaya ini, daripada model "galang kedermawanan" yang ditujukan untuk "bantuan".  walaupun diembel-embeli "sustainable" pun (gak usah sebut judul dan merk ya...).  saya terlanjur menghapalkan "bantuan itu tidak mencerdaskan" dalam situasi normal, lain kalau disituasi "khusus". boleh lah pemahaman saya di"rujuk"an senyampang konteksnya "bagaimana ada yang terbantu"...
menata nalar; tapi bagaimana ya mengawali...kalau saya tetap tidak punya pikiran lain...setiap tanggal muda pasti daftar belanja sudah menunggu...semoga anakku kelak tak mewarisi ini...model shoping list...tinggal comot...memang instan dan mudah...tetapi tak pikir memang tidak ada aset sesunguhnya yang didapat dari berperilaku hidup model ini...beda kepentingan dengan itu yang menyediakan produk dan jualan karena sedang "mengamankan pasar".
saya juga hapal kalau jawaban pertama dari keluh kesah memulai kreatifitas apapun mesti modal... fasilitas...kebiasaan menemukan kekuatan dan keberdayaan memang belum menjadi tradisi lingkungan hidup saya...
general mapping...sering hanya menghasilkan data-data...sekian banyak...untuk menghubung2kan data berupa angka-angka mati itu juga masih kesulitan...butuh ketrampilan dan asah kepekaan katanya...setidaknya akan saya mulai lagi...rasanya umur ini sudah semakin tua...banyak gagasan yang kurasa baru...padahal kemana saja aku dulu berkelana...ha ha ha. slm

Senin, 19 November 2012

hati telur

Bagaimana caranya aku melampaui getar hati ini, rasa tertarik yang membuat otak sulit berpikir, rasa nyaman yang muncul karena memikirkan kau...rasa seolah kau mampu menggerakkan hidupku...
"ah...aku hanya terlalu berharap"
...aku hanya terlalu merasa..."
demikian tiga hari terakhir putaran pikiran pemuda ini.  pemuda yang sudah tidak muda lagi.  pemuda yang sedang jatuh hati. pemuda yang sedang tergoda nafsu, nafsu pikiran, nafsu yang selalu ingin dipuaskan.
"gadis itu memang cantik...menarik...budinya baik...dia barangkali juga tertarik sama aku...kenapa? kenapa tak boleh!
...karena aku sudah beristri ?
...karena aku sudah punya anak ?
Tapi kenapa aku tak boleh mengungkapkan sayangku pada gadis pujaanku...
siapa yang bilang tidak boleh?...budi pekerti?...agama?...gengsi?...
kalau hanya berempati...kalau hanya bersimpati...apa salahku...apa dosaku...menyakiti siapa? 
2 minggu berlalu...
aku telah menemukan yang lebih cantik dari gadis mimpi itu...
dia yang memberiku cerita...yang menjadi petunjuk jalanku...dia yang bercita-cita menjadi pendamping raja...tentu...tentunya juga bukan aku...tapi setidaknya aku puas...aku lega karena cintaku tak lagi terpasung satu hati...kini cintaku terpecah-pecah...mencari-cari tempat bersemanyam...hanya kekaguman-kekaguman yang tersisa dihatiku...yang kukuh dan sekeras cangkan...menutupi dan melindungi bagian yang lebih dalam...yang mudah terombang ambing suasana...dan pastinya masih sanggup m,elanjutkan perjalanan hatiku...dan kusadari hatiku, hati telur.

Labels

Asal (23) Perbuatan (22) Sikap (22) Suasana (18) Pertanyaan (15) Dream (10) Perjalanan (10) Tinggal Menerima (6) Main-main (4)