Tampilkan postingan dengan label Perjalanan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Perjalanan. Tampilkan semua postingan

Kamis, 21 Maret 2024

Sekolah Indra 4: Kaki Hemat

2 hari ini saya berpikir keras, bagaimana mungkin orang2 dalam perdebatan grup perdiskusian LGCG banyak yang ngotot, ia mampu memeperoleh 15 km up untuk konsumsi bahan bakar /1 liter nya. metode pengukuran yang digunakan, yang paling mudah-sederhana dengan melihat angka capaian di Display-MID-AVG bawaan mobil masing2. 

Singkat kesimpulan, saya heran luar biasa orang2 ini sampai segitunya memperhitungkan konsumsi BBM, sampai dibahas sedemikian sengit. awalnya saya heran kenapa beginian dibahas. sampai saya hanyut ikut pembahasan ini. 

yang mendorong saya menyimak ini adalah jiwa 'pres' saya yang meronta-ronta. sudah memakai mobil LCGC, masih merasa boros. Wow sampai sini tahukah kalian penyakit hati yang menakutkan?, iya benar2 sedang terjadi, jiwa miskin yang meronta-ronta dipupuk dengan sifat kikir menjadi semakin logis, mintalah otak ini dibahas, dipikir dengan serius. saya takut ini menjadi penyakit hati...hehehe... 

akhirnya saya belajar memilih oli yang cocok untuk mobil dan hemat, saya belajar membeli part rutin ganti dengan hemat, saya membeli Ban kualitas Eco dst...dst. Dan puntjak jiwa hemat ini mendorong saya belajar mengemudi dengan eco-riding. ya betul, setelah sekian lama mencoba, saya menemukan ruh eco-riding itu adalah 'menggiring mesin'. Bagaimana berkendara dengan mengikuti kekuatan mobil, tak perlu tergesa mbejek gas, sesuaikan dengan dengung mesin, gak perlu mbejek gas berlebih walau sedikit, secukupnya. apalagi mbejek gas sedalam-dalamnya, jelas ini hukumnya Harom...wkwkwkwk.. 

sampai disini saya menemukan sense mengemudi yang halus dan smooth, padahal cita-cita saya juga bisa mengemudi dengan smoooth...bedanya, smooth eco-riding berjalan pasti santai karena menyesuaikan 'mesin mapan'. kalau gaya nyopir paspampres, cepat-nyaman. Dan saya pernah disopiri orang yang pernah kerja di driver paspampres (purnawirawan). wow...kualitas nyopirnya gak kaleng2 boy...cepat, presisi dijalan, nyamannya dapat, rasa disisi penumpang aman-nyaman meski kecepatan tinggi. Karena jelas pengambilan posisi kendaran dijalan selalu presisi dalam prediksi-pun. Beda ya kalau kita di nahkodai sopir kasar yang tolol, udah mau kelihatan cepat, tapi jalannya gak cepat2, gak nyaman, dan perasaan sebagai penumang gak aman di mobil itu. walah cerita kok nglantur....

Oke balik ke Eco-Driving. dari sini saya akhirnya mencapai rekor yang masih mungkin terus terpecahkan rekor untuk saya sendiri, yang saat ini sudah mencapai AVG 15,7 km/1l @Calya-Pertalite. Padahal sebelum2 nya pernah kepikiran mencoba Nyopir sambil berpikir Eco gak jadi-jadi, malah dapatnya emosi. 

Bersyukur kali ini saya mampu menghayati nyopir-eco. dan selebihnya ini juga merupakan skill-keahlian yang butuh diasah. meskipun kaki disini disuruh hemat. Tuhan memerintahkan untuk tidak menyia-nyiakan apapun (mubadzir). Tidak ada yang salah dengan kata 'hemat'. Jangan suudzon terus, dengan mengatakan acara hemat-hematan ini lebih dominan termasuk kegiatan kikir pada diri sendiri. Otak kamu terlalu Dzolim. jiahahaha...wallahu 'alam

Senin, 12 September 2022

HANYA SEMUANYA


 Mimpi adalah mimpi, cita-cita adalah cita-cita, sekarang adalah sekarang. 

Mimpi hanyalah mimpi, cita-cita hanyalah cita-cita, saat ini hanyalah Saat Ini. 

Oya.. besok mudah-mudahan masih ada, buat ku, buat kita. 

Kesannya memang berat, gak ada mimpi yang smpai ya...gak ada cita-cita yang tercapai ya...atau mimpimu terlalu tinggi. 

Sejak awal memang keduanya terpisah. 

Mimpi dan cita-cita itu dua hal yang berbeda, sekarang dan cita-cita juga dua hal yang berbeda. 

 yang mengasosiasikan tetapkah kita!. 

Aku yang mengasosiasikan antara cita-cita dan mimpi, dan menghubungkan dengan sekarang. 

Aku asosiatif hikhik.....

makanya aku percaya takdir, 

kehendak tuhan ada, hadir, sak karepe, karena semua hal sebenarnya tak punya hubungan apa-apa, 

 aku yang menghubungkan, 

Tuhan yang menjadikan semua terhubung dengan, 

meskipun berjarak, meskipun ruang waktu, meskipun menakjubkan, meski mengerikan, 

Ini hadir, menghubungkan, sebagai entitas penghubung. 

Inilah hanya ini, hanyalah ini. 

 "Hanya" Semuanya

Kamis, 01 September 2022

Kutiup dari Esok

Esok

Aku akan telah berusia 40 tahun, usia keramat dalam info perlombaan dunia ini. Beberapa meyakini 40 adalah chek-point kesuksesan anak manusia, bisa diukur, bisa dilihat kiprahnya, sepanjang hidup ini. Sampai pada kesimpulan puncaknya, bahwa jika kesuksesan tidak nampak di tahun ke 40 kehidupan, keseluruhan raport hidup bisa ditimbang-kirakan, yakni: sebegitulah puncak hidup You. jika sukses, sukseslah ia, jika biasa, maka kehidupan biasalah yang didapatinya. Masih ada Esok.

Antitesis

sebelum di sosmed ada konten "menikah setelah atau sebelum usia 40, sama baiknya, kaya diusia 40 atau setelahnya, tetaplah ia lah kaya...dst..." . Bapak ku juga dengan damai bercerita, temannya, orang-orang yang dia kenal selama hidup, ada beberapa yang kaya diusia senjanya, ada yang sukses di masa tua nya, ada yang menikah dan mendapat jodoh di akhir ujung bareng fisiknya menua. inilah dunia, semua ada saja yang terjadi. Serba Mungkin, dan jangan asal patok. Kenapa? Agar kita dijauhkan dari perilaku majas perbandingan yang sekaligus pecinta Antonim. Persona Antitesis. 

Idealitas

aku sering membayangkan jika itba' Kanjeng Nabi, saat usia kecil sudah dibelah dadanya menjadi jiwa yang suci, keseluruhan terjaga dari salah, makanya tidak ada sempat muncul jenis-jenis jiwa kecil: macam sombong manusia malah sebab potensi kepemimpinanya di alam ini. Masuk usia 12 tahun. Nabi sudah berdagang sampai Syam, melakukan kegiatan antar negeri, ekpor-impor. Seandainya diusia segitu, aku telah lulus pelajaran praktik ekspor impor, betapa luas dan mantap target pembelajaranku. Di usia 35, beliau mendapat gelar rimba khalayak sebagai Al-Amin, Yang Terpercaya, yang memiliki integritas terakui-teruji sebagai sosok pemecah masalah, memerani Diplomat ulung antar klan, pemuda dengan aura-citra: Trusted. Dan diusia 40 beliau menerima wahyu, sebagai Rosul. terakhir, inilah pertanyaan kunci untukku saat ini, apa risalahku saat mencapai 40 tahun? sebagai apa aku ini, berkarya apa aku selama ini, dikenal sebagai apakah aku ini? Aku dan Idealitas.

Yang Biasa

saat-saat manusia merayakan ulang tahun, dia dido'akan sukses dan panjang umur, diberi hadiah, atau sebaliknya degan megah-megah dia mentraktir kawan atas nama bersyukur atas hidup ini. Atau juga dia disuruh menulis keinginannya, sekedar menjadi pengingat bahwa dia yang ultah punya banyak cita-cita, masih punya impian, dan sanggup menatap masa depan dengan modal siap. Kesanggupannya berskala target! Wow. luar biasa gado-gado lelaku dunia ini. manusia punya segudang keinginan, inilah  'Yang Biasa'.

Agar Adil!

Sukses apa yang disangka-sangka mereka-mereka?, apatah manusia sukses diukur jumlah hartanya?, jumlah anaknya, jumlah temannya, jumlah ilmunya, jumlah kebaikannya....banyak sekali yang bisa dijadikan parameter..sederhananya, aku masih punya peluang mawas diri, untuk tetap menyatakan diri sebagai sosok sukses, tentu dengan ukuran yang kubuat sendiri. ukurlah dirimu sendiri, sukseskanlah dirimu sendiri, bangun saja argumentasi kesuksesannmu. Toh Ujung pertanyaan sesungguhnya seputar Seberapakah Dosa dan Pahala yang kita bukukan. Dengan cara berfikir 'nyamping' begini, kewarasan kita malah berpeluang terjaga, Agar Adil!.

Ajaib

Hanya dengan pertolongan-nya-lah segala urusan lancar. Banyak urusan tuntas oleh orang lain, oleh kejadian lain, oleh hal diluar kita (Oh ya Robb Sahhil Umurona). Sisi naif-nya, jika harapan "pertolongan" ini geser semakin manipulatif. Sampai-sampai gurita pikiran macam ini, sanggup mengilusi kita seolah ada sesuatu yang tak terduga akan rajin menolong kita, selalu hadir menyelesaikan masalah-masalah hidup kita, (Yes! Moment at injury time). Tibalah ini mengakari impressi kita dalam balutan bahasa-bahasa keajaiban. Tetiba, suatu ketika kita mengalami, merasa keajaiban tak selalu hadir dalam waktu-waktu kepepet kita, disinilah awal 'salah' kita dimulai, bahkan memastikan kesimpulan dengan lantang berkata "ternyata, tidak ada Kejaiban di kehidupan ini". nyatanya, aku tidak pernah kejadian menjadi pangeran, aku tak pernah menemukan emas seonggok lalu kaya dalam sekejap, semua ini hanya terjadi di adegan drama kelas dongeng. Hush! bukan begitu ferguss. Itulah keajaiban, semua sepakat bilang keajaiban itu 'ada'. Lalu kenapa kali ini dia tak datang?. Aku ingatkan, Keajaiban itu, manusialah yang menamainya, kamu juga bisa, kamulah sesungguhnya yang menciptakan keajaiban itu. Manusia memang Ajaib.     

Kutiup

Seperti Sangkakala Israfil, Tiupannya adalah komitmen menutup dan memulai keajaiban, penanda hal-hal besar dan luarbiasa. Komitmen yang tercipta berskala Alam. 

Lalu aku, dengan getar bibir dan panas lelah dimataku ini, mencoba menyisir komitmen,  berusaha menutup hal-hal bodoh dan membuka hal-hal cakep. Akhirnya, bolehlah kado kue risalahku kutiup..."Alhamdulillah..Bismillah..." Hu!.



Rabu, 20 Juli 2022

batas judi:nyawa, ghoror sekali


Sebagaimana seluruh ajaran bijak melarang judi, cara judi mempromote diri sebagai pemecah jalan kebuntuan tetaplah laksana angin surga, berandai memberikan secercah harapan keluar dari kebuntuan-kebuntuan. Meski semua mengetahui akhir perjudian adalah kesengsaraan, tapi kata-kata "selayaknya dicoba", "menguji keberuntungan", "perlunya bertaruh dalam hidup", "pemberani adalah bertaruh" serta banyak kata-kata yang menyusup didalamnya, menjadi penarik kuat untuk mencoba, sekedar memainkan sebagai pemanasan, atau iseng. selanjutnya benar2 judi akan menjadi habituasi seseorang, benar2 dihayati dan terus mengejar keberuntungan dengan segenap mengesampingkan Tuhan sebagai penentu Nasib. Kukira benar sekali, Tuhan melarang judi ini karena menuju ending fatal, yakni: menjadi musrik betul. Menyekutukan tuhan dengan terang2an dan coba2 didlmnya benar2 menggeser iman seseorang dengan sistematis menuju musrik sesungguhnya. 

Apa yang terjadi ketika kita sedang berjudi; pertama, harapan instans, mencari penghidupan di judi sebenarnya tahu bahwa kalaupun sementara menghasilkan dan menang, ini adalah bentuk memakan teman, harta orang lain atau siapapun yang ikut putaran mainan tersebut. kedua, menyandarkan nasib pada judi, sesuatu yang nampak "mengadu mekanik" skill pribadi, kepintaran, dlsb, padahal sebaik2 pengatur tetaplah Tuhan, pasti ada sesuatu yang tak dapat kau atur, mengatur, bagaiman mungkin jika kau yang jelas2 mengendalikan hidupmu yang susah payah saja gak bisa, malah kau berdalih inilah skill yang kumiliki sehingga aku sanggup menang, sungguh salah pikir, sesat nalar. Ketiga, hilang kontrol, telat meyadari ini perbuatan fatal dan perbuatan yang salah, tentu, kesadaran ini terjadi di akhir setelah dikau porak poranda menyerang diri-diri kita. penyesalan tampaknya selalu hadir di akhir. tapi jangan kecil hati, sampai disini Tuhan masih punya pintu maaf, segeralah bertobat. memang batas judi adalah nyawa. sebelum mati, bagi para penjudi tiada kata henti sebelum nyawa melayang. tapi jika kau bertaruh dengan nyawamu, sebenarnya apa yang sedang kau usahakan, modal utama, kau habiskan tanpa bisa mendapatkan lagi. sebaliknya, senyampang nyawamu masih melekat, berhentilah, bertobatlah, karena disitu kesempatan terakhirmu masih dibuka, pintu tobat masih terbuka.

Scene Perjudian paling berkelas, diantaranya "las Vegas", "Ponzi", "hilangnya uang king james" dan banyak cerita di tema2 judi lainnya. ada unsur ghoror, pertaruhan. intinya jangan bertaruh dengan harta, bertaruh dengan dunia, apalagi bertaruh untuk badan diri ini. pertaruhan sesungguhnya adalah menjaga keyakinan kita untuk tetap mengakui yang Maha adalah Tuhan, jangan buat tandingan atasnya. bahkan akalpun jangan dipertaruhkan untuk membungkus sukses yang telah tercapai. karena kalau dihitung usahamu, hasil yang tercapai tak lebih karena Rahman Rahim Tuhan, sehingga rahmat ini melingkupi diri-diri ini. bersyukurlah karena terpilih dengan dilingkupi rahmat, perkataan ini sungguh lebih bijak. daripada menghitung usaha dan hasil yang menurut siapapun akan selalu tidak imbang. 

Kadang kali, jika sudah pernah berjudi, pernah bertaruh, sulitlah kita keluar dari lingkaran "setan" ini. saya yakin sabar adalah jawaban pastinya, bersabar untuk menahan diri, bersabar menerima keadaan dan bersabar menanti rahmat Tuhan. Hentikan berharap kepada selain Tuhan. Karena akan merugi jika harapan kita terombang-ambing bolak balik, berharap judi  sebagai jalan, lalu berharap ke Tuhan berharap lagi ke Judi, tiada hentinya. Hentikan, kembalilah ke Tuhan. Yakinkan nalar sehingga hatimu teguh. hanya imanmu yang diminta, dan inilah ujian besar bagi pendosa, menguji kesabaran Kita. Sampai Kapan? Sampai kita yakin itulah yang terbaik untuk Kita.

Minggu, 17 April 2022

Baik Hati

Baik hati itu sifat, sedangkan perbuatan baik adalah pilihan. mari memilih berbuat baik. hehehehe. slm
.

Jumat, 29 April 2016

Neo iklan-baris

Pasti, kita mafhum dengan istilah iklan baris. Iklan dikoran dengan space minimalis dan menggunakan singkatan "pasaran". Pembagian kolomnyapun juga mengena. Ada kolom otomotif-motir, kolom rumah, tanah dan properti, kolom lowongan pekerjaan. Semua memiliki sub kolom lain-lqin guna mengakomodir iklan yang menampilkan barang atau jasa diluar "mainstream". Ini semua membicarakan iklan baris ala koran, ala jaman dahulu, jaman moncer2 nya media cetak.
Dalam era internet sekarang, iklan baris telah mewujud dalam web/ blog jual-beli. Rerata semuanya menampilkan design iklan baris. Menjadi sebuah toko online swalayan jasa. Penyedian iklan bukanlah penjual, bahkan sekarang tidak dibiayai oleh penjual, alias gratis. Lalu aku berfikir jika kepesatan media bertemunya penjual dan pembeli berupa jual beli online ini mampu menyisihkan para makelar ataupun para penipu abal2...kesadaran pembeli akan resiko transaksi online, dan mekanisme pasar yang terjadi secara otonatis akan menyaring dengan sendirinya eksitensi penjual yang bonafid dan 'betulan', dan mampu menghukum para penipu, dengan cara hilangnya kredibilitas diri sebagai penjual terpercaya.
Permasalahan membangun kepercayaan inilah yang menjadi ujung penentu keberhasilan pertarungan pasar on-line sekarang ini. Penjual terpercaya akan diuntungkan oleh model kerja mesin pencari on-line dan komunitas pasar online itu sendiri.

Kamis, 14 April 2016

Bahasa kawan

Ngrecih, hujan yang tak kunjung terang dan sekenanya tetap menerpa daratan dengan Sapuan air dari mendung....aku khawatir anakku sudah tak mengenal lagi penjelasan operasional dari ngrecih. Sedang ia adalah anak zamannya, manusia generasi sesudahku. Bukan kubiarkan tak mengerti tapi biarlah ia memahami dunianya dengan operasional bahasa efektive yang digunakan dalam menjelaskan kondisi terbarunya. Mungkin esok "ngrecih" tak relevan lagi, bahkan tidak tepat digunakan untuk komunikasi manusia generasi setelah saya, makanya bisa juga hilang kosakata itu.
Hah...itu hanya kata yang muncul dan hilang, yang dibuat, dikreasi, dan yang dihapus, dihilangkan dan dihindari diseleksi sendiri oleh Tutur manusia zaman. Kehidupan sosial, berteman dan berkawan yang akhirnya pada zaman ini menjadi pertemanan dunia Maya, dunia internet, mempertemukan banyak kawan yang pernah ada dalam kehidupan bisa dicari lagi, dikumpulkan lagi...tapi lagi2 pasti ada yang hilang, tidak ada yang tak sisa, kawanpun bisa lupa, bisa hilang, bahkan diantara kita kawanku atau aku, sudah merasa sama sekali dahulu tak pernah kenal. Hanya senyum sapa saja yang kami perlihatkan, bahwa kami manusia yang ingin berkawan.

Senin, 23 Februari 2015

Menuju sekolah indera

Resume pendidikan:
Pendidikan mengandaikan outputnya menjadi individu yang mumpuni dalam pengetahuan maupun ketrampilan. Nah dalam proses pembelajaran ini kemudian disuguhkan berbagai informasi pengetahuan dan ketrampilan maupun teori memecahkan persoalan pada umumnya, untuk bekal mengarungi perjalanan selanjutnya, perjalanan hidup bersama manusia lainnya, terjun di masyarakat.
Kritik pendidikan bisa dirunut mulai dari sajian kurikulum, metode yang digunakan, analisis output yang diserap pasar. Yang secara umum ‘digeneralisasi’ kegagalan dunia pendidikan kita disebabkan oleh sistem pendidikan kita yang tidak mampu menghasilkan output siap kerja ataupun sesuai dengan standart pasar, lulusan akhirnya bekerja dengan “diluar skill” yang didapat dibangku sekolah. Inipun juga bukan semata kesalahan lembaga pendidikan jika kasusnya “yang bekerja dengan tidak sesuai ijazahnya” memiliki pilihan sendiri terjun kerja pada peluang yang ada, berbeda dengan yang diajarkan dibangku pendidikan. Tetapi intinya kembali kita menyatakan sistem pendidikan kita tertuduh tidak mampu mengantarkan lulusan sesuai kebutuhan hidup dikemudian harinya.
Menggagas yang baru:
Perihal metode pendidikan dan “epistemic authority” serta struktur pengetahuan, jika dipermasalahkan, toh kita diberi kebesasan memilih, bahkan boleh menyediakan diri jika mampu menggagas yang diprediksi paling bagus untuk memproses peserta didik sesuai dengan target ‘keluaran’. Munculnya sekolah berafiliasi “luar negeri”, model sekolah alam, konsep fullday scholl, dan sederet konsep sistem yang diunggulkan, tetaplah memiliki kelebihan dan kekurangan. Akhirnya kejelian orang tua sebagai pengarah anak menjadi penting, sebagai penentu dalam maksimalisasi pengembangan potensi anaknya masing-masing. Biaya tentu menjadi resiko tanggungan bagi yang pilih-pilih ini, yang ingin puas dengan model pendidikan atas output yang dijanjikan setiap “model khusus” lembaga pendidikan ini.
Pemerintah lalu apa pentingnya? Iya ini amanah undang-undang, prinsipnya tentang kewajiban pendidikan adalah tanggungan negara.  Kemampuan keuangan negara dan kepentingan standarisasi-lah yang menjadikan negara menerapkan sistem pendidikan yang ditetapkan paling maksimal untuk diterapkan. Memenuhi fungsinya sebagai pengaturan kebijakan umum dan penjaga ‘kesatuan bangsa’ lewat pendidikan. Kebijakan pendidikan lokal? Sudah diatur dan belum ada yang berani melakukan rombakan besar2an, dilihat dari komitmen para jumlah kepala daerah yang mau mati-mati an memajukan lembaga pendidikan meskipun bersifat “kedaerahan”. Belum muncul “percontohan” yang dimunculkan atas inisiasi dan dukungan penuh yang berlingkup “kekhasan daerah”.
Kasuistik yang mengagumkan:
Jangankan saya, yakin, semua penggiat pendidikan yang resah juga belum punya rumus jitu menggerakkan dunia pendidikan kita (hehehe…asal klaim aja nih). Lepas dari rentetan masalah yang seolah-olah kita jeli mempermalahkan ini, tapi kita tengok sebntar, bahwa berkali-kali kita dibuat tercengang dengan prestasi yang diraih anak-anak “didik” kita. Mulai juara olimpiade level antar negara, penemuan-penemuan istimewa lewat lomba “biasa”, sampai banyaknya manusia indonesia ‘terdidik’ yang enggan pulang ke tanah “ibu pertiwi” karena lebih dihargai “ilmunya” di negara lain. Di paragrap ini tak usah dibahas apakah itu hasil “didikan” normal atau “perlakuan khusus” yang di“treatment”kan. Yang jelas daripada banyak omong, banyak sudah individu atau kelompok penggiat pendidikan yang sedemikian rela berjuang ke pelosok-pelosok demi menghantarkan hak pendidikan ini, demi mengamalkan ilmu mereka dengan atau tanpa campur tangan pemerintah. Jangan sampai kritik kita muncul sekedar menodai perjuangan, pengabdian, dan pengorbanan mereka yang jelas-jelas “tanpa pamrih”.
Secuil yang belum digarap, perenungan peluang dan mencari model pendidikannya:
Maksimalisasi potensi peserta didik, diterawang melalui kacamata ‘bloom’ atupun ‘gardner’, taksonomi yang “digarap” sudahlah sangat lengkap. Aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik (:bloom). Kecerdasan linguistic, matematis-logis, kinestetik, visual-spasial, musik, interpersonal, intrapersonal, naturalis(-religious:bagi yang bernaung pada agama tertentu) mengadaptasi dari teori Howard gardner, sudah cukup membuntal-simpulkan teori mendidik kita. Sekarang coba kita tengok sebentar sebagai fakta-pengalaman ini. Bahwa para tester kopi, tester teh. Bahwa para ‘pencium’ digudang tembakau, pencium aroma campuran minyak wangi. Bahwa digunakannya orang yang berpengalaman control mesin pabrik, yang men-chek kerusakan dengan mendengarkan suara mesinnya, dengan ketajaman telinga, pembuka brankas dengan ketajaman suara ‘klik’ kunci melalui pendengarannya. Bahwa ‘tukang angok’ yang berdiri paling depan yang menentukan arah perahu nelayan dalam mendapat tangkapan ikan. Dan sangat mungkin banyak ‘keahlian’ khusus dimasyarakat kita, yang belum mampu kita ‘potret’ sebagai salah satu misi dan model pendidikan kita, bahkan sebagai andalan dalam penyiapan dan pengembangan SDM anak-anak kita. Meskipun nyata mereka dibayar paling mahal dipekerjaan yang mereka tekuni, mereka sangat dibutuhkan, dan teorinya sederhana, optimalisasi indera menjadi tenaga ‘ahli’. Sayapun berusaha menemukan konsep ‘matang’ pendidikan model untuk ini. Menarik dan sederhana, Semoga!.

Minggu, 16 Februari 2014

Ke negeri Gajah putih

tanggal 19 Nopember 2013 kemarin, saya mengikuti rombongan studi banding ke bangkok, berjumlah 30 orang per rombongan.  bagian saya di rombongan kedua.  Tepat pukul 4 sore take off dari juanda menuju bandara don muaeng, waktu menunjukkan sudah pukul 20.00
Tiba hari kedua menuju tempat King Mongkut's University of Technology Thonburi.  Selebihnya ke Mall MBK, Wat Arun, Gems Gallery, rumah madu. Pusat Kulit...dll....hanya yang istimewa menurut saya hanya di Wat arun...walaupun dibandingkan dengan borobudur...masih jauh megah borobudur.

Tambahan
orang thailan rata2 tinggi badan lebih dari orang indonesia, dan jalannya cepat-cepat, kalau ada yang jalan lambat hampir dipastikan orang indonesia yang juga sedang disana.
yang lainnya...dilegalkannya operasi ganti kelamin di sana menjadikan banyak sekali pria yang berubah jadi wanita, mungkin alasan kerja...dan kayaknya sudah jadi budaya disana.  Tata kota dan penataan sama dengan jakarta...namanya sungai juga berwarna hitam penuh limbah, hanya lebih ditambah dimanfaatkan sekalian sebagai jalur transportasi air...macet dan tidak teratur dimana2...yang menarik biksu di thailand ternya tidak seperti bayangan saya, tidak makan daging, biksu thailand tetap makan, dan otomatis karena mayoritas vihara dapat kita temui seperti banyaknya musholla di Indonesia.slm

Kamis, 24 Januari 2013

Sedikit Bedanya



pertama kali mengunjungi negeri orang 14/11/2012, perjalanan padat dan singkat, seperti rombongan ziarah, kata orang2. maklum paket hemat. singapura dan malaysia, sebelum menginjakkan kaki di bandara cangi, bandara singapura, sudah di kasih penjelasan oleh travel agent bahwa itu bandara internasional, beda dengan indonesia disana tertib, bersih, bagus dan yang utama ketat pokoknya.dan benar seperti cerita bapak agent.  saya mengalami di tahan dibandara, yang katanya untuk kepentingan pengaturan lalu lintas pengunjung agar tidak macet, singapura menerapkan cara perjalanan rombongan diatur dengan ditahan seorang-dua orang agar sejam dua jam dibandara.  tapi sebersih apa diluar bandara tetap saja daun tumbuhan berserakan, itu tidak termasuk bersih yang dimaksud secara umum memang sangat bersih di semua tempatnya. bla bla bla keluar singapura masuk imigresen malaysia tak selama/ketat masuk singapura...lancar...bedanya hanya tengah malampun orang keluar masuk antar dua negara itu sangat padat.  terasa beda waktu pulang, sampai bandara surabaya, eh... petugas imigrasi bagian stempel paspor sedang tidur...sedikit mencari-cari dan lumayan sepi. kesan pengaturan ketertiban negara memang beda, tentang bangunan...kayaknya di indonesia, di kawasan tamrin kalau dihitung kasar..lebih banyak indonesia. tapi mereka mampu menampilkan dengan kesan "tertata".  bicara kualitas jalan, saya kira sama. malah orang kalau tidak betul2 pandai nyopir di indonesia, pasti butuh waktu lama berkendara mobil, padat dan sempit kesannya untuk indonesia, yang jelas indonesia luas dan pengendalian kendaraan entah suatu saat bagaimana mengaturnya, semoga pembatasan segera semakin ketat, dan ini bukan jawaban

Labels

Asal (23) Perbuatan (22) Sikap (22) Suasana (18) Pertanyaan (15) Dream (10) Perjalanan (10) Tinggal Menerima (6) Main-main (4)