Tampilkan postingan dengan label Asal. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Asal. Tampilkan semua postingan

Senin, 24 Oktober 2022

Akulah Tanda


Aku lupa rencana tulisanku, tidak, ini tidak sama saat Sang Isa mereka salahtafsirkan sebagai firman tuhan-lalu menjadi Iya. Sama sekali tak sejauh ini, dan tidak seduplikasi ini.

Tanda-tanda yang difirman Tuhan adalah nyata, apa adanya, begitulah yang terjadi, menjadi rumus pasti. sama juga perumpamaan dlm firman Tuhan, begitulah yang terjadi, begitulah gambarannya. Bukan jika terjadi akan bgitu, bukan seandainya bgitu akan bgini. Tak ada syarat "Jika dan sendainya" seperti di khazanah dunia kita untuk "menjadi".

Semenjak mencari banyaknya tanda-tanda lalu kukumpulkan, kemudian kuhafalkan, semua telah hilang, atau malah tidak ada pada pikiranku, tidak nempel pada diriku, aku berfikir ulang...apakah tanda-tanda itu sama sekali tidak menghampiriku?, tidak pula muncul menyatu di perjalananku?. lalu terbersitlah sebuah kata di benakku. karena akulah tanda itu. ya akulah begitu yang terjadi. gambarku lah Tanda.

Jreng...jreng...Makhluq adalah ayat Kauniyah. jadi jikalau sulit bagimu menerima kauniyah disebut golongan ayat, maka susah bagimu memahami makna "tanda" yang melekat pada ciptaan: makhluq.

Betapa Qouliah yang tekstualis, sebenarnya adalah enskripsi kunci, laksana bahan dan mesin enigma, ialah sekaligus pemecah sandi yang sering diturunkan derajadnya menjadi mantra, terimalah yang pasti-pasti aja, jika kita sama sekali sedang bodoh, toh bacaan itu kita andalkan sebagai kebaikan membacanya, menenangkan diri kita yang gak bisa mengarang kata-kata pemuas hati, apalagi seindah ayat suci.

Seterang ayat, yang memiliki kejelasan ta'wil, kejelasan makna, memiliki sisi putusan, hukum disebutlah golongan Muhkamat. Apakah diri ini sudah mencapai ke"terang"an ini. jika hanya menyerupai, baiklah ini masih memiliki pengertian, yang beraneka model sekaligus sekedar "meraba-raba". Tapi sisi baiknya. Masihlah banyak rahasia yang belum terungkap karena di lihat sebagai tanda-tanda dalam kelompok Mutasyabihat. Namun, berbahagialah yang sedikit diberi kejelasan atas Rahasia yang tak terbatas itu. Karena kamu yang mendapat kunci dalam tak terbatas itu, memang Istimewa. 



Kamis, 01 September 2022

Kutiup dari Esok

Esok

Aku akan telah berusia 40 tahun, usia keramat dalam info perlombaan dunia ini. Beberapa meyakini 40 adalah chek-point kesuksesan anak manusia, bisa diukur, bisa dilihat kiprahnya, sepanjang hidup ini. Sampai pada kesimpulan puncaknya, bahwa jika kesuksesan tidak nampak di tahun ke 40 kehidupan, keseluruhan raport hidup bisa ditimbang-kirakan, yakni: sebegitulah puncak hidup You. jika sukses, sukseslah ia, jika biasa, maka kehidupan biasalah yang didapatinya. Masih ada Esok.

Antitesis

sebelum di sosmed ada konten "menikah setelah atau sebelum usia 40, sama baiknya, kaya diusia 40 atau setelahnya, tetaplah ia lah kaya...dst..." . Bapak ku juga dengan damai bercerita, temannya, orang-orang yang dia kenal selama hidup, ada beberapa yang kaya diusia senjanya, ada yang sukses di masa tua nya, ada yang menikah dan mendapat jodoh di akhir ujung bareng fisiknya menua. inilah dunia, semua ada saja yang terjadi. Serba Mungkin, dan jangan asal patok. Kenapa? Agar kita dijauhkan dari perilaku majas perbandingan yang sekaligus pecinta Antonim. Persona Antitesis. 

Idealitas

aku sering membayangkan jika itba' Kanjeng Nabi, saat usia kecil sudah dibelah dadanya menjadi jiwa yang suci, keseluruhan terjaga dari salah, makanya tidak ada sempat muncul jenis-jenis jiwa kecil: macam sombong manusia malah sebab potensi kepemimpinanya di alam ini. Masuk usia 12 tahun. Nabi sudah berdagang sampai Syam, melakukan kegiatan antar negeri, ekpor-impor. Seandainya diusia segitu, aku telah lulus pelajaran praktik ekspor impor, betapa luas dan mantap target pembelajaranku. Di usia 35, beliau mendapat gelar rimba khalayak sebagai Al-Amin, Yang Terpercaya, yang memiliki integritas terakui-teruji sebagai sosok pemecah masalah, memerani Diplomat ulung antar klan, pemuda dengan aura-citra: Trusted. Dan diusia 40 beliau menerima wahyu, sebagai Rosul. terakhir, inilah pertanyaan kunci untukku saat ini, apa risalahku saat mencapai 40 tahun? sebagai apa aku ini, berkarya apa aku selama ini, dikenal sebagai apakah aku ini? Aku dan Idealitas.

Yang Biasa

saat-saat manusia merayakan ulang tahun, dia dido'akan sukses dan panjang umur, diberi hadiah, atau sebaliknya degan megah-megah dia mentraktir kawan atas nama bersyukur atas hidup ini. Atau juga dia disuruh menulis keinginannya, sekedar menjadi pengingat bahwa dia yang ultah punya banyak cita-cita, masih punya impian, dan sanggup menatap masa depan dengan modal siap. Kesanggupannya berskala target! Wow. luar biasa gado-gado lelaku dunia ini. manusia punya segudang keinginan, inilah  'Yang Biasa'.

Agar Adil!

Sukses apa yang disangka-sangka mereka-mereka?, apatah manusia sukses diukur jumlah hartanya?, jumlah anaknya, jumlah temannya, jumlah ilmunya, jumlah kebaikannya....banyak sekali yang bisa dijadikan parameter..sederhananya, aku masih punya peluang mawas diri, untuk tetap menyatakan diri sebagai sosok sukses, tentu dengan ukuran yang kubuat sendiri. ukurlah dirimu sendiri, sukseskanlah dirimu sendiri, bangun saja argumentasi kesuksesannmu. Toh Ujung pertanyaan sesungguhnya seputar Seberapakah Dosa dan Pahala yang kita bukukan. Dengan cara berfikir 'nyamping' begini, kewarasan kita malah berpeluang terjaga, Agar Adil!.

Ajaib

Hanya dengan pertolongan-nya-lah segala urusan lancar. Banyak urusan tuntas oleh orang lain, oleh kejadian lain, oleh hal diluar kita (Oh ya Robb Sahhil Umurona). Sisi naif-nya, jika harapan "pertolongan" ini geser semakin manipulatif. Sampai-sampai gurita pikiran macam ini, sanggup mengilusi kita seolah ada sesuatu yang tak terduga akan rajin menolong kita, selalu hadir menyelesaikan masalah-masalah hidup kita, (Yes! Moment at injury time). Tibalah ini mengakari impressi kita dalam balutan bahasa-bahasa keajaiban. Tetiba, suatu ketika kita mengalami, merasa keajaiban tak selalu hadir dalam waktu-waktu kepepet kita, disinilah awal 'salah' kita dimulai, bahkan memastikan kesimpulan dengan lantang berkata "ternyata, tidak ada Kejaiban di kehidupan ini". nyatanya, aku tidak pernah kejadian menjadi pangeran, aku tak pernah menemukan emas seonggok lalu kaya dalam sekejap, semua ini hanya terjadi di adegan drama kelas dongeng. Hush! bukan begitu ferguss. Itulah keajaiban, semua sepakat bilang keajaiban itu 'ada'. Lalu kenapa kali ini dia tak datang?. Aku ingatkan, Keajaiban itu, manusialah yang menamainya, kamu juga bisa, kamulah sesungguhnya yang menciptakan keajaiban itu. Manusia memang Ajaib.     

Kutiup

Seperti Sangkakala Israfil, Tiupannya adalah komitmen menutup dan memulai keajaiban, penanda hal-hal besar dan luarbiasa. Komitmen yang tercipta berskala Alam. 

Lalu aku, dengan getar bibir dan panas lelah dimataku ini, mencoba menyisir komitmen,  berusaha menutup hal-hal bodoh dan membuka hal-hal cakep. Akhirnya, bolehlah kado kue risalahku kutiup..."Alhamdulillah..Bismillah..." Hu!.



Kamis, 30 Maret 2017

Gerbong

seperti kereta, hidup ini bergerbong-gerbong. gerbong panjang, pendek, sampai tanpa gerbong.
gerbong panjang. hampir pasti aku merasakan sesuatu yang tidak bisa saya rubah keseluruhannya. sesuatu itu begitu mengikat dalam ritme hidupku. aha ini gerbong semu, tak nampak tapi begitu menjadikanku laksana gerbong perjalanan yang tak sanggup aku keluar dari ruang nya. gerbong ini tetap membawaku sampai pada pemberhentian-pemberhentian yang telah diberitahukan kepadaku. gerbong ini begitu biasa, sebab aku tak pernah menanyakan detail gerbong ini, yang kutahu sedang berjalan dan enjoy saja membawaku, berjalan seiring derap putar roda yang menghantarkanku, ke tujuan. tujuan perjananku, yang diberitahukan ke aku, perjalanan yang harus kuikuti. sampah banget. tidaklah. aku tidak melanjutkan cerita ini dengan turun gerbong dan ganti gerbong. ini bukan petualangan yang sedang kukerjakan. ini tidak akan berakhir dengan pergantian-pergantian yang tiada akhir, terus dapat diganti dan diulang-ulang.

Hidup ini menghaparkan banyak pilihan. memilih, dipilih, mungkin juga dipilihkan, bisa juga terpilih. bagi saya kesemuannya menyimpan dampak dan resiko masing-masing. harus kita sadari ataupun tidak usah disadari, konsekwensi pilih-pilih ini menjadikan kita sebagian mengorbankan, dan sebagian mendapatkan. saat saya berkomitmen dengan seseorang, menghilangkan sedikit batas ke"aku"anku, menerima dia. menerima mereka dan akhirnya mempertajam beda dengan yang lainnya.
aku bertanya. sejak kapan aku sangat berbeda dan memiliki identitas yang membedakan dengan mereka. ya, saat aku bersama kamu, berkumpul dengan kalin. menjadikan mereka bukan kita. saat itulah aku adalah kalian, selain mereka, bukan mereka. selanjutnya benar2 aku tidak diterima mereka, aku menjadi musuh mereka juga, akhirnya. bermusuhan karena ikatan kita.
baiklah jika aku berjalan sendiri, apakah aku tidak mampu, tidak bisa menyusuri kehidupan ini, huh mungkin juga jalanku akan sempit dan licin, tapi peluangku hilang setengan saat berjalan denganmu.
apa sih dengan kalian aku coba berfikir lagi.

ah begini saja!
bahwa gerbong akan sangat membantu itu hanya ilusi. ya kresi otak yang seakan-akan saja. tidak pernah terjadi fix. hanya menjadi kebanggaan saat mencurahkan pada orang lain. seolah-olah penting. tidak tidak begini.

coba aku tulis ulang.
aku lebih suka "jangan percaya gerbong". karena gerbong hanya maju kepalanya duluan, banyak yang berhenti kehabisan bahan bakar. umur manusia hanya 20 tahun menahkodai gerbong. selebihnya sisa-sisa sampai berhenti pasti.

ah pusing menulis gerbong ini....




Jumat, 29 April 2016

Neo iklan-baris

Pasti, kita mafhum dengan istilah iklan baris. Iklan dikoran dengan space minimalis dan menggunakan singkatan "pasaran". Pembagian kolomnyapun juga mengena. Ada kolom otomotif-motir, kolom rumah, tanah dan properti, kolom lowongan pekerjaan. Semua memiliki sub kolom lain-lqin guna mengakomodir iklan yang menampilkan barang atau jasa diluar "mainstream". Ini semua membicarakan iklan baris ala koran, ala jaman dahulu, jaman moncer2 nya media cetak.
Dalam era internet sekarang, iklan baris telah mewujud dalam web/ blog jual-beli. Rerata semuanya menampilkan design iklan baris. Menjadi sebuah toko online swalayan jasa. Penyedian iklan bukanlah penjual, bahkan sekarang tidak dibiayai oleh penjual, alias gratis. Lalu aku berfikir jika kepesatan media bertemunya penjual dan pembeli berupa jual beli online ini mampu menyisihkan para makelar ataupun para penipu abal2...kesadaran pembeli akan resiko transaksi online, dan mekanisme pasar yang terjadi secara otonatis akan menyaring dengan sendirinya eksitensi penjual yang bonafid dan 'betulan', dan mampu menghukum para penipu, dengan cara hilangnya kredibilitas diri sebagai penjual terpercaya.
Permasalahan membangun kepercayaan inilah yang menjadi ujung penentu keberhasilan pertarungan pasar on-line sekarang ini. Penjual terpercaya akan diuntungkan oleh model kerja mesin pencari on-line dan komunitas pasar online itu sendiri.

Sabtu, 26 Maret 2016

Lemon tree dan Red Hot

Jancuooocooook wayah e wis mari nulis malah ilang...intinya tentang penemuan ku kembali ingatan musik setelah sekian tahun. Ternyata musik memang mampu menancapkan memori dan mengingatkan pada kesan masa lalu. Begini! Musik yang aku dengar pada saat aku masih MI.dari tahun 90-an hingga sekarang tahun 2016. sampai sekarang masih ada sisanya di ingatanku.kemarin aku coba searching by you tube...tapi tidak sesuai harapan....key word yang kugunakan adalah sesuai ingatanku.."palm tree dan red fox"...tiba2 malam ini ak teringat lagi dan punya kesempatan untuk membuka lagi kaset pita milik kakak ku itu.aku tahu pasti tempatnya tersimpan rapi di buffet...langsung kucari judul lagu nomor tiga sesuai ingatan jelasku. Eh ternyata judulnya adalah "lemon tree" fool's garden dan side B lagu nomor 4 berjudul "Red Hot" vanessa mae...langsung cek di youtube....pas dan sesuai harapan. Hanya kecewa kenapa lagu favoritku ini sudah lama di youtube dan aku belum comment, seperti malu kenapa terlambat tahu....jadi malas comment walaupun tetap berbunga hati. Juga waktu free browsing kemarin2 kayaknya yang 'Red Hot' sempat nyantol sebentar tapi gak tuntas nyimaknya jadi gak ngeh kalau itu intrumental kenangan favorit gue....dag ....slm

Selasa, 24 Februari 2015

Alia Bhatt dan Film Hindia


Film Hindia sudah mengalami pasang surut rating di media Indonesia. kisaran 1995-an, tahun 2005, dan sekarang tahun 2015. mungkin setiap 5 tahun produksi bollywood selalu mengalami masa puncak. dengan siklus 5 tahunan, untuk pemirsa Indonesia. Kembali kejudul-fokus kita saat ini. Alia Bhatt, Huh…cantik sudah tentu, tapi menurut saya bintang muda insan perfileman lingkar bollywood ini  telah membuktikan produktifitas karyanya lewat movie yang terus rilis mulai tahun 1999 sampai sekarang. Saya mencatat 4 film yang telah mengangkat namanya sejajar dengan aktris bollywood papan atas. Disinilah pergeseran cara pandang produser terjadi, saat Alia belum tenar, dan dipasang sebagai aktris utama, ternyata mampu mengangkat film yang dia lakoni. Munculah bintang baru yang menggeser paham kesuksesan film india sangat banyak ditentukan oleh ketenaran pemainnya. Judul Movie itu antara lain; Student of the year, Highway, 2 State, dan Humty sharma Ki Dulhania. Dara kelahiran Mumbai 15 maret 1993 ini menurut saya mampu menyentuh penikmat film dengan totalitas main-perannya.  Setelah menonton filmnya perasaan memikir dan terbayang ulang tentang alur cerita, selalu saya dapati di filmnya. Puncaknya saat menonton Highway, suguhan alur cerita yang sederhana dan realistik telah menyadarkan saya, model cerita romantic-drama yang mengena pada penonton. Dan film drama dalam produksinya saya membayangkan lebih efisien propertynya dibanding film action. Sebagai imbangan tetap saja film-film india banyak model kolosal saat sesi bernyanyi...dan di film Highway ini tidak terjadi. Salut untuk Alia Bhatt. Aku merindukan karyamu di 2015 ini. Tulisan ini wujud dari telusuran situasi film dan drama dari India menjadi favorit lagi di Indonesia, setelah sekian tahun tidak laku, dan terbukalah kran buntu itu, bebarengan diputarnya serial Mahabarata, Jodha Akbar dan, King Sulaiman, dll di televisi Indonesia menuai rating tinggi. Hindiholic effect awalnya, lalu ketemulah si Alia Bhatt sebagai sosok yang patut diapresiasi karyanya. Indonesia sendiri, semoga segera mengadaptasi situasi ini untuk menggeliatkan insan perfilman Kita.slm

Rabu, 11 Februari 2015

8 Tahun


Tanggal 2 mei 2007-Tahun itu saya melihat pertama kali Sam Anto Baret di bulungan, Jakarta Selatan. Tempat induk Kelompok Penyanyi Jalanan berkumpul. Imaginasi saya langsung terbayang tokoh dalam Kho Ping Hoo, partai pengemis Kaypang, yang dalam dunia persilatan sejajar dengan kelompok Butong Pai, Siu Liem Pay dll. Dan di Jakarta ini sungguh saya menemukan wujud nyatanya. Kelompok yang berbasis orang 'pinggir', kelompok yang berdiri atas respon ketimpangan sosial. dan selalu, cara berpikirnya non- mainstream. Dalam berkelompok dan tatanan organisasinya. KPJ memiliki banyak cabang, dan malam itu terbukti banyak yang hadir dalam acara puncak ulang tahun KPJ. Lagi-lagi terlintas seperti cerita Kho Ping Hoo, banyak Tokoh2 lokal berdatangan entah dari cabang mana saja, yang jelas raut muka selalu tersenyum dan ramah menyapa setiap saling papasan, luar biasa! Saya mendapati suasana ini di Jakarta. Suasana rukun dan bersahaja. Yang mestinya sulit terjadi di 'kerasnya Ibu Kota'. Semua benar-benar menjadi saudara yang menyatu dalam fokus berlomba jadi orang‘benar’. Hanya kata ini yang bisa mewakili-penggambaran ini-menurut saya. Menyimak dari orasi Sam Anto Baret waktu malam puncak yang bertema ‘Muntah Putih’ itu. Tertepis gambaran disini adalah tempatnya kelompok preman yang bermuka ‘mencureng’  dan ganas, ternyata tidak demikian adanya dan jauh berbalik. Saat Sam Anto memperkenalkan tamu yang datang kepada saudara-saudara lain yang lebih dulu hadir, beliau selalu menggunakan bahasa indonesia campur ‘Kromo Inggil’ , bahasa paling halus. Padahal beliau sedang berhadapan dengan ‘anak-buah’nya sendiri dari daerah. Terkesiap dan tercengang aku waktu itu. Subhanallah…sejuk sekali di dalam hati. Pantas, Tampilan Sosok Sam Anto garang dan jangkung , tapi begitu bertutur kata,  sangat halus dan tenang. Hanya dari mendengar dan caranya berucap itu, saya mendapatinya begitu berwibawa. Bukan karena kasarnya, tapi malah karena halusnya. Dan moment kedua, Saat Tetua-Tetua KPJ (begitu saja saya menyebut, saya tidak hafal bro..) berkumpul, selalu saja ada pelayan (anak-buah) yang mengantar memberi minuman, walaupun itu tidak karena diperintah untuk menyajikan minum. Begitu minuman datang selalu mereka mengucap “suwun yo le…” lalu penyedia minum menjawab dengan santun “nggih…” . Nah.!. siapa yang tidak bangga memiliki -atasan/pemimpin/tetua/senior/bos- yang sangat menghormati dan menghargai -bawahan/yunior/karyawan- begini. Ringan untuk mengucap terimakasih pada siapapun. titik!
Dalam orasi pembukaan malam puncak aku hanya menghafal 2 paragrap yang mencerminkan pandangan Sam Anto Baret tentang Jalanan, kehidupan dan perjalannya. “Jalanan bukan impian, jalanan bukan khayalan, jalanan adalah kenyataan. Jalanan bukan pelarian, jalanan bukan sandaran, jalanan adalah kehidupan”. Dan “Kalau berani harus benar, kalau benar harus menang, dan kalau sudah menang duduknya yang benar”. Lalu diringi musik yang liriknya begini “menyampaikan kebaikan, tidak harus merasa baik. Menyampaikan kebenaran tidak harus merasa benar, kebenaran dan kebaikan itu ilmunya Tuhan, kebenaran dan kebaikan sudah ada sebelum kita dilahirkan”.

9 pebruari 2015-Berjumpa lagi saat Sam Anto berkunjung ke daerah….bla..bla..bla, bincang tentang sejarah pengamen, yang sudah ada sejak abad 17, 4 motivasi orang ke jalanan (sebagai karir, batu loncatan, iseng, dan profesi), sampai kenapa KPJ menggunakan istilah penyanyi bukan pengamen, karena tidak ada yang bercita-cita menjadi pengamen. tiba saatnya Sam Anto bicara tentang Jakarta kekinian..tentang kemungkinan jalanan akan semakin diserbu oleh banyak orang, karena semakin tidak banyak pilihan. dan apa yang paling kurekam? Satu gong paragrap saja “Kebenaran adalah ajaran, Kebaikan adalah Perbuatan dan Takut itu tidak punya rumah…wong hidup sekali saja”. Rasanya bergetar sampai kedalam hatiku saat itu juga. Cara berfikir nya, model perlawanan dan perjuangannya, konsistensi dan daya tahan yang Sam Anto pesankan, sungguh memukul ‘Malu’ apa yang sudah aku, sebagai generasi muda yang angin-anginan berbuat. Sam Anto memang nampak kelihatan lebih tua karena usia..tapi parau suaranya tetap semangat dan tajam. Pantang henti...”usiaku jek 39 iki” begitu candanya...  Menunduk malu kami, membangunkan lupa kami tentang ‘daya tahan’ didalam “Kebaikan adalah Perbuatan dan Takut itu tidak punya rumah…wong hidup sekali saja”.”takutlah kalau kita mengambil barang orang lain, takutlah kalau kita menindas orang lain…”. Semoga panjang umur untuk Sam Anto.

Rabu, 04 Februari 2015

tidur

Bermimpilah yang tinggi, mengejar mimpi adalah kehidupan yang penuh dengan nuansa, pasang surut rintangan dan kesenangan akan melingkupi dengan amplitudo yang ekstrim, melebihi kesenangan dan rintangan yang didapat dalam perjalanan kehidupan tanpa mimpi-mimpi. Untuk ini, mari tidur!

Hehehe… kalimat terakhir paragraf diatas adalah kesimpulan tindakan yang tak mengarah, tidak menuju pencapaian dan target, malah menjauhi dari mendekatkan diri pada titik bisa dinilai: "Hasil".

Tapi biarkan sebentar  tulisan ini melanjutkan membahas tentang tidur. Kita mulai dengan slogan kesehatan. “Tidur dibutuhkan oleh semua makhluk hidup untuk kembali merefresh otak dan otot kita”. Otak menjadi “jernih” dan mampu mulai berpikir setelah stress melanda. Dan “relaksasi” otot akan memulihkan kemampuan kerja otot tubuh kita setelah sekian waktu dirasuki kelelahan.  Durasi “ketahanan” otak dan otot dalam bekerja harus dikasih jeda untuk optimalisasi kembali kinerjanya.

Kedua, sekecil apapun “mimpi” yang terbersit dalam benak kita, sangat mudah terbengkelai dan tinggal mimpi yang tidak pernah wujud dalam kehidupan kita. Keinginan minum es yang segar, keingininan duduk diberanda rumah untuk melihat siapa yang mengunjungi rumah kita, dan keinginan-keinginan “biasa” berikutnya, hanyalah mimpi kecil yang hanya bisa terwujud sampai kita memulainya, dan melakukannya. Wow..kenapa ini kembali membahas mimpi. Ini harus kembali membahas tidur dong!

Okey, Ketiga, tidur bukanlah urusan durasi, tetapi kualitas. Pencarian kita adalah mencari “tidur yang berkualitas”. Teori tidur 8 jam sehari, 5 jam sehari, bahkan cukup 2 jam sehari, dimentahkan oleh teori “tidur 5 menit yang berkualitas”. Music pengiring tidur guna mencapai “deep-sleep”, penggunaan relaksasi aromatik, meditasi-tidur, dan penataan nuansa-visual tempat tidur banyak dikemukakan dan diteliti untuk memperpendek “usia tidur”. Semakin sedikit waktu tidur yang diperlukan, semakin menjajikan untuk “irit” waktu terbuang untuk urusan tidur ini. Dalam 24 jam sehari, banyak waktu yang bisa digunakan untuk beraktifitas selain tidur, iya...mata “terjaga” lebih panjang dari “terpejam”. Dan jangan diperbandingkan lagi, apalah manfaat terjaga lama dengan kualitas kerja yang masih sebanding dengan kerja 2 jam yang berkualitas perfect. Ini adalah perbandingan yang sama sekali tidak sepadan dan adil. Ukurlah sendiri kebutuhan tidur. kebutuhan tidur saya tidak sama dengan kebutuhan adik kecil yang baru lahir.

Nomor Empat, “Tidurlah Nak!, malam semakin larut”. Pada saat malam hari, itulah siklus manusia untuk tidur. Karena kita bukan spesies makhluk malam.  Penciptaan kita menyandang potensi lebih efektif beraktifitas disiang hari. Selimut “gelap” malam dan suhu lebih rendah memberi kenyamanan untuk memejamkan mata. Menyempatkan bangun tengah malam memiliki makna aktivitas “perenungan dan evaluasi”. Bukan menyambung melanjutkan dan segera menyelesaikan “pekerjaan sisa” siang tadi, tapi menyambung pikiran siang tadi dengan perencanaan untuk esok pagi.

Kelima, Kesempatan dan terlelap. “Mengantuk adalah rahmat, nikmat, dan bahkan rezeki”. Waktu sekolah dulu, pendidikku mengatakan “tetaplah masuk kelas ini walaupun terkantuk-kantuk”. Intinya melawan ‘tidak tidur’ sekuat-kuatnya. Berusaha sesedikit mungkin kita kehilangan moment “kesempatan”, terlewatkan di saat kita sedang tidak tahu, sedang tidur. Jika benar amat sangat tidak kuat menahan ‘kantuk’, biarkan raga ini tertidur, kita tidak bisa menolaknya. Bayangkan kalau kita tidak memiliki rasa “ngantuk”. Tiba2 kita akan tersungkur ketika saat tidur telah tiba, sedang kita sedang asyik naik sepeda. Mengantuk adalah tanda tubuh kita harus ditidurkan, sepanjang jangan kita terkantuk-kantuk terus karena penyakit atau kemalasan. Selebihnya, penderita gangguan susah tidur, sejauh ini dikatakan sebagai penyakit dan menyiksa penderitanya.

Keenam, Tidur adalah masa terbaik untuk penyembuhan. Pada waktu tidur sel-sel akan bekerja efektif memerangi penyakit tubuh ataupun dalam kondisi badan normal, sel berkembang lebih cepat untuk keperluan pertumbuhan. Seperti di poin lima diatas, tidur saat sakit, adalah bagian rahmat disebabkan 'manfaatnya'.

Dan terakhir, nanti kalau kita sudah meninggal, acara kita hanya tidur saudara-saudara…jadi mumpung ada waktu. Marilah tidak kita memperbanyak tidur, dan menghambat jumlah karya yang kita hasilkan, sekali lagi sebelum kita hanya bisa dan bertugas hanya untuk “tidur”.

Senin, 19 Januari 2015

mimpi

Semua orang pernah bermimpi, he eh melakukan sesuatu tanpa melakukannya, mengalami sesuatu tanpa  bisa kita mengukur pastinya, dunia ini juga kita kenali, sebagai dunia 'yang bukan sesungguhnya'.  Pada saat kita terjaga banyak orang yang menyuruh kita tidur, mereka berkata.. “bermimpilah”...,  buatlah “impian”...  .......inilah  “mimpi”........, harapan yang dijelaskan oleh sebatas ide2...dijelaskan hanya oleh rencana karangan... kalaupun terjadi 'persepsi' itupun hanya “gambaran2”...........

Keindahan dan mencekamnya mimpi, terjadi seserius keringat yang keluar dari khusuk mimpi. Aku merasa...  “mimpi” sanggup meninggalkan bekas “kebahagiaan yang ganjil”. mimpi serius berdampak  dalam semangat menajalani hidup. ............“Berkat mimpi semalam, tiba2 aku merasa ikhlas dan bahagia di hidup ini, hari ini”............... Jangan2 benar yang diucap penyair itu: “tangis di mimpi, menjadi obat diruang tamumu, dan tangis diruang tamumu, mendapati obat, tertawa di tidurmu”...”oh lihatlah sempurnanya dunia ini”...

Aku penasaran juga saat mendapati mimpi “yang rasaya awet”...melekat terus, membayangi akktifitas...bisa sehari sampai berhari-hari...hey kalao moment megesankan banyak dong yang rasanya melekat lebih dari seharian...saat keterima sebagai PNS bahagia badanku seperti melambung selama 2 hari...saat nenekku berpulang kehadapan ilahi, rasanya berhari-hari dalam kegamangan. Itu juga yang bisa diperbuat oleh “efek mimpi”.

MARI TIDUR DAN MIMPI

Kita butuh tidur agar otot beristirahat. Otak yang terlelap dapat menghilangkan kecemasan dan lebih segar saat bangun.

BADAN: ketika tidur, badan ini bertumbuh.... Sedangkan Pada saat sakit.... Tidur dapat mempercepat kesembuhan.  Pada beberapa orang...pada saat tertidur badan sanggup bergerak, berjalan, walaupun setelah bangun, mereka lupa. Selama tidur..... tubuh juga wajar jika sering bergerak, berguling, bahkan memukul.

OTAK: ketika tidur otak mengarang cerita,  inilah yang disebut mimpi. Ada mimpi yang sangat menakutkan, ada juga yang sangat menyenangkan. Didalam mimpi Kita seakan akan melihat, mendengar, menyentuh atau mengalami sesuatu, padahal ini semua tidak sungguh-sungguh terjadi

Terlebih jika terjadi Mimpi buruk atau mimpi yang menakutkan. Kita bisa sangat ketakutan, berteriak atau menangis pada saat masih tidur. Jangan takut lagi, karena ini segera berhenti saat kita bangun.  Sebaliknya dalam  mimpi yang menyenangkan, manusia tercatat sampai basah saat bermimpi! mengagumkan sebelum diramal. Jangan asal tebak!.....Wallahu a’lam

Senin, 10 November 2014

berserikat

Manusia selain sebagai makhluk individu, disebut juga sebagai makhluk sosial. Dari sini saya berusaha mendekatkan dengan kata "berserikat" sebagai turunan sosial. Karena butuh hadirnya individu lain diluar "aku". Saling membutuhkan, tepatnya saling butuh bantuan, mengisi peran yang harus di isi individu lainnya, menunjukkan keterbatasan karya dan waktu untuk mewujudkan keinginan hidup. Berkreasi dalam rangka memudahkan perjalanan hidup, disinilah peran ketrampilan dan keinginan menyuguhkan tampilan bendawinya. Lalu benda yang menjadi monumen hasil ketrampilan manusia, disediakan untuk pemenuhan "mudah dalam hidup".

Capaian bendawi begitu luar biasa pesatnya, bertambah banyak barang, yang menurut bentuk dan kegunaannya semakin detail dan khusus, semakin mampu menyingkat waktu proses dalam menghasilkan sebuah produk benda, semakin banyak jumlah yang mampu dicipta dalam waktu sesedikit mungkin. Dalam catatan manusia semakin tinggilah ketergantungan atas "berserikat dengan benda", banyak pengalaman yang dicatat sebagai "ilmu tentang benda, memecahkan masalah-masalah benda", untuk manusia. Tiba waktu berikutnya gelisah terhadap karya benda, kembali gelisah dengan sebagai manusia sendiri-sendiri, sebagai individu, sebagai makhluk hidup yang butuh keterangan misteri dirinya sendiri. Yang telah nampak sejak menyadari bisa berbuat, yang menyadari tiada batas, yang menyadari ada batas antara manusia hidup dan mati, antara yang dibahas dan yang dilakukan, antara yang dicari dan yang diinginkan. Pencarian sejak lama tentang hadirnya Tuhan. 

Rabu, 05 Maret 2014

nyaman


hadir dengan sendirinya atau tercipta?

nyaman. salah satu titik kesimpulan untuk menggambarkan suasana hati yang enak atas 'persepsi baik' indra.  misalnya, mendengarkan musik yang tepat sesuai suasana hati, bisa menimbulkan rasa nyaman.  kalaupun hati dalam kategori 'sedih', penghayatan atas kesedihan menciptakan 'kompensasi' perasaan.  terkompensasi ini yang juga saya pahami sebagai bentuk kenyamanan dengan posisi 'pangkat negatif'.  perlakuan terapi indra lainnya bisa juga lewat aroma.  mengkondisikan agar terjadi 'rilek', menciptakan suasana 'lepas segala beban' dengan rangsangan lewat aroma (aromaterapi misalnya).

berikutnya. teruarainya konflik pikiran. berkurangnya pikiran curiga,  menurunnya kecemasan, dan hilangnya ketidakpastian angan-angan, semua memicu terciptanya suasana nyaman.  diteruskan dengan hidupnya 'segudang harapan' yang teracang dalam otak.  mungkin, sekian harapan yang sedang terbayang dekat dan hilangnya kecemasan menjadi alasan mengapa nyaman tercipta disini.

dalam perbincangan "spiritual".  tentang asumsi kedekatan dengan tuhan.  pencapaian atas hasil latihan bersyukur, berlatih merasa berkecukupan, dan merasakan keindahan hubungan hamba-tuhan, dimaknai sebagai kenyamanan tertinggi dalam pencarian makna hidup.  berbeda lagi kalau secara fisik.  hormonlah yang menimbulkan sensasi nyaman di otak, seperti penjelasan para fisikolog (entah apa yang tepat).  bahwa hormon endorphine yang bertanggungjawab atas timbulnya perasaan senang, nyaman.

kemudian nyaman sebagai bentuk status quo, kita pernah dengar istilah 'zona nyaman' dalam jabatan.  perasaan 'langgeng' dan kepemilikan/kuasa atas sesuatu menjadikan orang nyaman bergelut di situ.  selebihnya saya memilih simpul dengan bahasa berbaik-baik.  bahwa "nyaman" adalah rahmad, anugerah dan bolehlah diusahakan. slm

Rabu, 26 Februari 2014

cahaya tak ter"ambil"

'cahaya diatas cahaya' atau ungkapan yang lain 'ternyata cahaya bersap-sap'.  dengan penuh kesadaran harus kuucap ulang " sesungguhnya tidak ada di dunia ini yang tidak ada tandingnya, titik.".  kejayaan, kebesaran, keemasan, titik imperium, atau apalah namanya semua hanya titik, diposisi satu titik.  sedangkan siklus akan terus berjalan, kemana? kalau sudah dari titik tertinggi ya kebawah...menuju sampai titik balik berikutnya.   menuju titik interektum, titik nadzir, titik terbawah.  dalam perjalanan kemunduran atau penurunan, tentu ada warna warni penstabilan, mencoba untuk bertahan agar tidak terjun bebas.  bentuknya mulai rekayasa  bertahan sampai terwujudnya gerakan protes atas kondisi terjun-kritis.

'apapun', maunya bisa digrafikan dengan siklus, mulai perjalanan hidup manusia, perjalanan organisasi, siklus harga barang, siklus alam dst..dst.  semuanya siklus itu sedang berjalan. dan bila minimal dua siklus disejajarkan dihubungkan antar judul siklus,  maka akan bisa ditarik garis, membentuk garis, dan garis.  lalu garis2 banyak akan menjadi bangun. sebisa mungkin terlihat bangun tiga dimensi, mewakili "ruang". mencoba menggambarkan situasi yang tercipta dengan seluruh pengertiannya. sehingga mudah2an meningkatkan akurasi ilmu berprediksi.

kedua, siklus muncul-tenggelam disepanjang 'kurva waktu', menciptakan situasi kompetisi.  yang meniadakan posisi titik tetap "di atas" atau "teratas" dengan konstan dalam perjalanan ini.

kemudian aku segera menyadari tidak ada "yang konstan" dalam ruang-waktu yang berjalan.

rezim akan dikalahkan oleh putaran zaman,  kehebatan manusia, akan di rubah ulang oleh manusia berikutnya, dan hanya menyisakan "yang dikenang sepanjang masa" sebuah sejarah kejayaan.  peneguhan rezim atau diri untuk mencapai keabadian sejarah dengan di monumenkan, diprasastikan, dicerita-ulangkan.  suatu ketika pun dihancurkan manusia atau dihancurkan alam, sang penguasa ruang waktu saat itu.

ketiga, "rantai makanan", melihat bahwa semua terus berjalan karena semua 'meminta-pindahkan' energi yang yang terus berubah wujud.  wujud materi merupakan bagian pinjaman energi yang sedang berhenti lalu berpindah dan berwujud lainnya. kehidupan berjalan dengan memakan kehidupan yang lainnya...kompetisi berjalan untuk memastikan mendapatkan makanan...mendapatkan kehidupan.

#tidak ada jaminan hidup tanpa mengambil kehidupan yang lainnya, menyadari sepenuhnya bahwa tidak ada "juara bertahan" walaupun hanya selama mata merekam perjalanan umur diri.  inilah yang memunculkan praduga saya, mari! ajaklah sesama untuk mengatur berjalannya energi berupa umur kita. cahaya diatas cahaya, biarlah. carilah cahaya untuk diri kita, yang tidak bisa diambil sebahagian pun.slm

Jumat, 21 Februari 2014

mempertanyakan 'perhatian'

pertama, saya bertanya pada diriku...apakah hidup dituntut untuk terus "perhatian" sama orang lain?...menyenangkan orang lain? tak pikir-pikir tidakkah lelah juga menyenangkan orang lain? apakah karena kita disebut makhluk sosial, maka kita diharuskan memperhatikan orang selain kita? kalau selain aku itu adalah anak, istri, saudara, atau pacar. kenapa kita mau "perhatian" walaupun tanpa disuruh? nalurikah? karena harapankah? atau yang paling tinggi, janji pahalakah yang jadikan kita demikian?
karena suatu saat kita butuh orang lain, apakah cukup kuat mengharuskan kita berlelah-lelah "perhatian"? bukankah uang yang diminta mereka atas "perhatian" yang mereka berikan kepadaku? ikhlaskah dia membantuku? cukupkah senyuman yang menghiasi wajah, itu sebagai "perhatian" yang menyenangkan? bolehkah aku menduga merekapun sedang sembunyikan susahnya dengan tetap ramah didepanku?  apakah itu pengorbanan yang harus kutebus dengan "perhatian"ku? benarkah karena masih ada orang "baik" itu, maka aku juga harus menjadi "baik" didepan orang lain? walaupun aku sekedar pura-pura baik? sia-siakah "baik"ku karena kepura-puraan belaka? atau perlulah aku dilatih demikian agar tebiasa, lalu belajar ikhlas? tak bisakah aku bebas, se enakku, jikapun kudapati orang berpenampilan "tidak menyenangkan", aku ikhlas dan memaafkan? samakah dia menilaiku, saat aku acuh dan berpakaian"nggimbal", dalam diamnya, mereka tak mengeluh tentang caraku berpenampilan? sungguh tak bebaskah kita saat bersama orang lain? apakah sebanyak dugaanku saja, aku keluhkan pikiran liku-liku "perhatian" ini? apakah ini yang disebut "penyakit" hati? apakah aku takut pembalasan orang lain? kalau aku tidak takut, apakah seperti kita berjalan-jalan sendiri dikota asing yang kita kunjungi? apakah ini namanya hubungan "khusus" yang wajar bagi makhluk sejenis (manusia)? kenapa "perhatian" kepada orang yang membuat kita tertawa/senang (lawak), kadang malah kita harus bayar? karena "senang"kah maka "perhatian" kita, layak kita tambah dengan pengorbanan lagi (keluar uang)? perhatian kita karena "senang" tak bisa dan lalu tak boleh diukur dengan materi atau uang, kenapa?
kedua, saya mulai pening melanjutkan-memikirkan ini, sia-siakah aku berpikir? lalu kenapa kamu kasih minum aku, dan kau bilang gratis? kenapa kau rela berikan hartamu kepada orang lain? tak tahankah kau lihat penderitaan mereka? tak cukup kuatkah "mental" mu, sehingga agar kau tak gila, kau tak bisa "diam" saat orang lain menderita? apakah takut yang membayangi kita, seandainya kita menderita lantas tak ada yang perhatian pada kita? bukankah tidak mesti dia yang kubantu, nanti pasti dia yang perhatikan kita? imbal balik, yang mana? wong orang lain, bukan dia. apakah ini namanya "perhatian" itu mulia? apakah ini alasan mengapa ini diajarkan? siapa yang mengajarkan?Tuhankah? wallahua'lam.slm.

Rabu, 19 Februari 2014

titipan dari bendera hitam

18 Pebruari 2014 :
16:45: di 9 kilo ke arah matahari terbit, salah satu generasi 3 mondar-mandir sambil menggendong kebanggaannya, mulutnya komat-kamit, setengah mendendangkan kepiluan untuk menghibur darah dagingnya.  penuh harapan “terbaik”, berbalut kerelaan dan kebanggaan
17:00 : perjuangan pamungkas telah selesai, bukan untuk menghasilkan pemenang dan yang kalah, tapi pertunjukan siapa berkuasa dan siapa yang harus tunduk, penentuan akhir perjalanan hamba.
19:00: rumah besar ini menjadi penanda kebesaran penghuninya, beberapa orang membersihkan ruang-ruang, bersiap menyambut sekaligus menghantarkan persaksian pertemuan tuan rumah, untuk waktu lama yang dijanjikan.
19 Pebruari 2014
04:00: tarhim memanggil-manggil ummat, memberitahukan menyongsong fajar hari ini, memulai hari, memastikan dimulai dengan penyerahan menghadap dan iringan do’a kepada penguasa hari.
di tengah ruangan besar, sendirian generasi tiga harus menunggui ibu dari ibunya, atas perintah kakak dari ibunya, atas nama pengetahuan yang diketahui, dan antara keinginan dialog yang tidak mungkin terjadi, dan dugaan, beliau memang ingin ditemani sejenak untuk penghantaran terakhir itu.
10:00: dalam penutupan dan perasaan baur tidak sempurna, penyesalan atas kekurangan masa lalu, saat harus pamit dan hanya mampu meninggalkan do’anya. Generasi 3 melihat siapa tangis meledak yang memecah awalan do’a.  dalam hati aku menyusun kata-kata “bendera hitam, telah kau titipkan kerinduan atas kebersamaan" pada rabu wage.slm

Senin, 17 Februari 2014

bermain api, bakarlah "sampah" hati

 seperti yang dilakukan para penggiat entertain, bermain api yang kata kejadian berikutnya "awas nanti terbakar" coba dimentahkan.  api yang berbahaya ditampilkan sebagai barang yang juga bisa dijinakkan, dikelola, lalu disuguhkan sebagai senda gurau semata.  demi pertunjukan, demi dan mendapatkan uang, diatas biaya rata2 atas jasa "membakar".  sedangkan membakar "sampah" dilakukan karena merupakan kebutuhan, mengurangi volume sampah, menambah nilai manfaat barang tak berguna.
sekarang kita tetapkan kalau bermain api tetaplah rugi, sebab tetap saja berikutnya pasti terbakar.  kita pasti ada terlenanya, dan intinya kita benar-benar tidak mampu mengendalikan api.  aku hanya ingin mengatakan api dan panas menjadi dua hal yang menyatu-pengaruhi, peralihan wujud dan sifat ini yang digunakan sebagai penjelasan.  jika ada api dingin, dan panas tapi bukan api, berarti rekayasa yang mampu memisahkan wujud dan sifat, patut dihargai mahal. seperti foto api itu tak panas, kereta api dingin karena dalamnya AC dan dendam, asmara, ambisi, marah, perang politik, orang2 sebut disitu hawannya "panas".
kita lanjutkan ngelantur-ngawurnya...sebaiknya jangan bermain api, nanti panas, jika punya ilmu pengendali api, bisa memanfaatkannya, dan paling akhir tetaplah bermain api, walaupun belum tahu ilmunya, agar tahu itu api...pokok tak membakar orang lain dan terbakar sendiri tapi dapat mengurangi "sampah" dihati.wk wk wk..

#refleksi diri setelah kakak tahu aku bermain api. 
sehari sebelumnya :tiba2 kakak bilang: kamu tidak kasian sama istrimu, senyam-senyum sendiri, itu jelas modus.
beberapa detik setelahnya: aku berkata: tidak, aku janji akan mengendalikan apiku.sambil kuserahkan bungkusan makanan hangat pagi itu slm

Rabu, 30 Januari 2013

menolong kalau mampu

mengukur baik buruk memang perlu patokan, bagi saya, seorang muslim patokan yang pertama saya adalah Islam sebagai pedoman, saya harus menterapkan apa perintah dan apa larangan di islam, selanjutnya saya bisa ukur membedakan mana baik, mana buruk.  dalam satu fakta peristiwa, sudut yang berbeda akan menimbulkan hukum yang tentu tidak sama, ini karena "kisah" prosesnya berbeda itu. pertama, titik yang paling absurd, sebagaimana ungkapan "niat baik, apakah cukup tanpa tindakan.  Tindakan merugikan apa sudah impas dengan niat yang baik saja".  Kedua, cocok dan baik, apakah berlaku untuk semua?, karena ada hal yang sifatnya tertentu, khas, dan menjadi penciri individu/sesuatu barang, tak ada yang sama persis/kembar di jagad ini.  jadi cocok untuk saya belum tentu cocok untuk kamu, dia, bejo, dino dst (tolak universalisasi...tolak universalisasi...)...ketiga tidak sepanjang masa, semua fakta2 sama persis. "baik untuk sekarang, tidak baik di terus2 kan".  Rumus "paten" hanya untuk barang, tidak untuk manusia.  Keempat, berbuat baik harus dengan pertimbangan apakah tidak malah mendatangkan kerugian bagi tertolong, perdebatan disini saya kira tepat bila membahas tentang cara2 menolong yang keliru.  dan terakhir, kelima, "dibantu atau tidak, apa bedanya" dibantu tidak tambah maju, dibiarkan juga tak ketinggalan, ke-PEDE-an tentang adanya pahlawan jangan dikembangkan dalam bab ini.  karena argumen tentang kemandirian, kesamaan kemampuan dan potensi sangat dominan di otak saya. saya heran pada orang yang mengucap "tanpa saya, tempat ini mana mungkin maju" padahal jika kamu tidak disini masih banyak orang lain yang pingin memajukan tempat ini.  kita ucapkan saja "dengan saya tempat ini belum tentu maju, tanpa saya belum tentu tempat ini tidak maju (ngambang banget....tidak cocok untuk kampanye....) dan nyatanya...daya jelajah dan kemampuan manusia sangat terbatas walaupun sudah super sibuk keseharian, seandainya ada pen-TOKOH-an yang jadi "masyhur" sebenarnya hanya bisa dicapai melewati batas karya kemanusiaan manusia, itu saya sebut hanya bola es-citranya, karena ada dokumentasi perbuatan-karya yang dipentaskan lagi.  Berbuat baik tiada ruginya, minta-tolong mudah dilakukan sepanjang waktu, agar minta-tolong itu baik, ada caranya.  menolong juga tidak tidak ada batasnya.  batasi sendiri,.Menolonglah sampai batas kalau mampu. saya ikut "ia yang bijak jeli dan lihai"...
bagaimana yang diajarkan kepada kita?...
tuhan memulai gambaran orang bertakwa dengan "kemauan" memberikan harta.  penjelasannya, karena  memberikan harta merupakan gambaran kebaikan dari perbuatan riba yang dilarang, riba yang didapat dari proses pemerasan berlipat-lipat atas harta orang lain...sedangkan "infaq" memberikan pertolongan kepada orang lain tanpa embel2 bersyarat. dan sungguh "mengeluarkan" harta diwaktu lapang maupun sempit sangat susah dilakukan, maka siapapun yang menolong dengan harta adalah pencapaian terhadap kepatuhan yang tinggi, disebutlah takwa.ini model utama, menolong dengan harta.slm

Sabtu, 26 Januari 2013

CorrupT!!!

ibarat perjalanan kekekalan energi, pasti dalam tiap perubahannya, tidak mudah berubah seratus persen, seperti perubahan energi listrik menjadi energi gerak, harus di kurangi dengan panas dinamo.  bagaimana dengan birokrasi?.
namanya birokrasi, pekerjaan paling banyak adalah administratif, maunya ideal dengan sangat mekanistik, dan agar mekanistik berjalan seratus persen perlu diatur, di mark up, agar sesuai antara jumlah rencana dan laporan evaluasinya.  lha sampai disini, pengaturan itu yang bermasalah, sedangkan idealnya mekanisme itu biar berjalan apa adanya tanpa pengaturan, aturannya adalah jangan diatur.  sungguh permintaan yang sangat mustahil.  tidak tersedia ruang jelas tentang alih daya dan fungsi yang dibenarkan.
makanya saya tetap teringat model2 penganggaran jaman kuno, jaman orde baru, selalu dimana2 "galak" dengan item terakhir berbunyi lain2 10 % dan itu syah. artinya model persentase efisiensi berubah wujud lain sudah diperkirakan, yang waktu itu wajarnya adalah 10 persen.  sekarang maunya seratus persen eh malah hal mustahil itu.  selesainy laporan diatas meja berupa bukti2 tulisan sekarang sangat tertunjang untuk dibuat dengan perangkat2 memadai, memalsu tanda tangan, stempel, pengaturan tanggal, hari, acara dst.  seolah kejar mengejar antara pengaturan dan aturan yang menginginkan "jangan diatur" selalu terus berkembang, menjadikan kesan ciri khas birokrasi yang semakin tegas, PENGATURAN, menciptakan tenaga pekerja kretif pengatur. maka jangan ditanya keaslian lapangan hasil kerja unit2 birokrasi ini, pasti mudah ditemukan kepalsuan, fiktif dan rekayasanya, dan jarang yang benar2 terbina sebab gak ada yang jadi pembina sejatinya. untuk ini saya mengakui "potret tidak mungkin sama dengan realitas objek". Apakah tidak lebih mendingan dari paparan yang tidak sistematis diatas, dialurkan yang lebih sederhana, bukan menjadi lebih rumit.  Bahwa; kecenderungan penyempurnaan sistem dengan keinginan menghitung apa saja yang sudah ditemukan cara menghitungnya, tanpa bertanya apa perlunya, yang ujungnya tidak kenal dengan barangnya, karena tugasnya adalah menghitungi saja.  pertanggungjawaban moral yang disebut2 melekat dalam rekam jalan sebuah kegiatan/peristiwa, sekarang telah cukup dan repot dengan kertas diatas meja yang tujuannya hanya menjadi dokumen dan arsip mati itu.  bagaimana ini tidak disebut "semua yang tersistem itu pasti ada korup?, bukankah peraturan yang mengharuskan mengatur?, apakah mampu menghasilkan agenda yang tidak korup?.dst...maksud saya..... mengatur itu pada posisi "peraturan yang dilaksanakan orang", menjadi celah pengaturan.  dan saya malas berdebat "yang salah itu sistem atau orangnya". saya hanya suka bicara sistemnya.
yang paling gamblang perlu kita tangkap adalah kegalauan terhadap masa depan jika terus hidup di negeri ini, ini menjadi masalah utama yang menakutkan, pengaturan yang mencederai peraturan.  melebihi perkara masyarakat sesungguhnya yang sewajibnya kita takuti seperti kemiskinan dan taraf hidup yang terus kegencet zaman, tidak mungkin dapat ditolong hanya dengan berjalannya mekanisme birokrasi yang repot dengan peraturan dan pengaturan. slm

Jumat, 04 Januari 2013

goda

bukan setan yang terus menggoda kita, tapi kita-kita yang selalu menggoda setan. terlena dan pembiaran atas cara-cara setan menutup pintu-pintu iman kita, mulai masih merekatnya penyakit merasa paling pintar, paling benar, paling bermanfaat.  suka membicarakan orang lain, menceritakan kekurangan orang lain, dan berikutnya suka berbohong.  semua ini yang menjadikan pintu2 keimanan ditutup.
bukti keimanan adalah ibadah, semua ibadah punya batas...puasa wajib hanya dalam bulan ramadhan...sholat ada waktunya...zakat...haji telah ditentukan waktunya...ibadah ada batasannya. pun demikian dengan "dzikir".   
Sifat yang dikehendaki dari amal ibadah adalah 'sholih'.  Amal dihitung bukan dari banyak tidaknya, tapi 'solih' tidaknya, berguna tidaknya, sesuai tidaknya, baik tidaknya amal itu.   sedangkan sifat yang dikehendaki pada dzikir adalah "katsiron", banyak tidaknya, dan anjuran dzikir adalah sebanyak2 nya...tanpa batas...baik pagi maupun sore...tentunya ada aturan dan kita mengharapkan dzikir yang benar2 sampai kepada ridho...walllahua'lam.

Rabu, 05 Desember 2012

filantropi lokal


yang penting maksudnya untuk mencipta daya tahan berbasis kelompok...dulu pernah kepikiran bagaimana caranya punya komunitas yang mampu berproduksi dan memperpanjang rantai produk berputar-putar hanya dalam basis komunitas...
transaksi berjalan...menciptakan keberlangsungan, bisa berupa rantai pangan, rantai ekonomi,  manfaat yang diharapkan  memperketat uang yang menguap dari rantai komunitas...
jika satu komunitas ada penggiat penanam pangan..ditransaksikan untuk makanan ternak si penggiat ternak...hasil sampingan ternak berupa pupuk di transaksikan untuk mengolah  kembali  penggiat tanaman...contoh lingkaran ini mudah2 an semakin besar, dengan diisi banyaknya macam penggiat-penggiat lainnya. kapan2 siklus sederhana ini akan terwujud dalam komunitas yang diidamkan...mandiri dan berdaya tanpa banyak ketergantungan yang disengaja dibalik modus cari laba.
saya memilih membahas filantropi gaya ini, daripada model "galang kedermawanan" yang ditujukan untuk "bantuan".  walaupun diembel-embeli "sustainable" pun (gak usah sebut judul dan merk ya...).  saya terlanjur menghapalkan "bantuan itu tidak mencerdaskan" dalam situasi normal, lain kalau disituasi "khusus". boleh lah pemahaman saya di"rujuk"an senyampang konteksnya "bagaimana ada yang terbantu"...
menata nalar; tapi bagaimana ya mengawali...kalau saya tetap tidak punya pikiran lain...setiap tanggal muda pasti daftar belanja sudah menunggu...semoga anakku kelak tak mewarisi ini...model shoping list...tinggal comot...memang instan dan mudah...tetapi tak pikir memang tidak ada aset sesunguhnya yang didapat dari berperilaku hidup model ini...beda kepentingan dengan itu yang menyediakan produk dan jualan karena sedang "mengamankan pasar".
saya juga hapal kalau jawaban pertama dari keluh kesah memulai kreatifitas apapun mesti modal... fasilitas...kebiasaan menemukan kekuatan dan keberdayaan memang belum menjadi tradisi lingkungan hidup saya...
general mapping...sering hanya menghasilkan data-data...sekian banyak...untuk menghubung2kan data berupa angka-angka mati itu juga masih kesulitan...butuh ketrampilan dan asah kepekaan katanya...setidaknya akan saya mulai lagi...rasanya umur ini sudah semakin tua...banyak gagasan yang kurasa baru...padahal kemana saja aku dulu berkelana...ha ha ha. slm

Labels

Asal (23) Perbuatan (22) Sikap (22) Suasana (18) Pertanyaan (15) Dream (10) Perjalanan (10) Tinggal Menerima (6) Main-main (4)