Minggu, 08 Maret 2015

Memori Kecil









Ada yang mengatakan bahwa tahun 80-an adalah kejayaan film kartun anak2. Orang seumuran saya pasti memiliki memori tentang ini. Penekanan pada nilai-nilai kerjasama, keperkasaan, ketangguhan dan jiwa kepahlawanan, serta imajinasi masa depan cukup membangun cita2 anak waktu itu. ditiru dan dimainkan ulang dalam permainan sehari2.
Cukup prolognya. ini adalah beberapa kartun yang melekat ingatan saya, mulai dari elang perak (baca: Silver Hawks), Mask, Centurion dan G-Force. Keempatnya memiliki tempat istimewa dalam ingatan saya. Pertama mengetahui adanya kartun setting tembak-tembakan dan pertempuran. dan ini paling tua yang saya ketahui. Donald bebek, ya saya tahu dan ingat tapi ini tidak berperang...hehehe...lainnya lagi tarzan dengan teriakan auo..auo nya yang khas (bukan kartun tarzan versi disnei:gondrong) dan He Man (tentang penjaga gua dengan setting tempat gua padang pasir.....ah entahlah aku hanya mencoba mengingat-ingat. dan syukur sekarang sudah bisa di googling...banyak sekali gambarnya. sedikit rindu dan obatnya. rindu dengan suasana kecil. dan obatnya menatapi masa sekarang ini. Harus Tangguh!!! setangguh superhero Imajeriku Dulu hik hik.

Selasa, 24 Februari 2015

Alia Bhatt dan Film Hindia


Film Hindia sudah mengalami pasang surut rating di media Indonesia. kisaran 1995-an, tahun 2005, dan sekarang tahun 2015. mungkin setiap 5 tahun produksi bollywood selalu mengalami masa puncak. dengan siklus 5 tahunan, untuk pemirsa Indonesia. Kembali kejudul-fokus kita saat ini. Alia Bhatt, Huh…cantik sudah tentu, tapi menurut saya bintang muda insan perfileman lingkar bollywood ini  telah membuktikan produktifitas karyanya lewat movie yang terus rilis mulai tahun 1999 sampai sekarang. Saya mencatat 4 film yang telah mengangkat namanya sejajar dengan aktris bollywood papan atas. Disinilah pergeseran cara pandang produser terjadi, saat Alia belum tenar, dan dipasang sebagai aktris utama, ternyata mampu mengangkat film yang dia lakoni. Munculah bintang baru yang menggeser paham kesuksesan film india sangat banyak ditentukan oleh ketenaran pemainnya. Judul Movie itu antara lain; Student of the year, Highway, 2 State, dan Humty sharma Ki Dulhania. Dara kelahiran Mumbai 15 maret 1993 ini menurut saya mampu menyentuh penikmat film dengan totalitas main-perannya.  Setelah menonton filmnya perasaan memikir dan terbayang ulang tentang alur cerita, selalu saya dapati di filmnya. Puncaknya saat menonton Highway, suguhan alur cerita yang sederhana dan realistik telah menyadarkan saya, model cerita romantic-drama yang mengena pada penonton. Dan film drama dalam produksinya saya membayangkan lebih efisien propertynya dibanding film action. Sebagai imbangan tetap saja film-film india banyak model kolosal saat sesi bernyanyi...dan di film Highway ini tidak terjadi. Salut untuk Alia Bhatt. Aku merindukan karyamu di 2015 ini. Tulisan ini wujud dari telusuran situasi film dan drama dari India menjadi favorit lagi di Indonesia, setelah sekian tahun tidak laku, dan terbukalah kran buntu itu, bebarengan diputarnya serial Mahabarata, Jodha Akbar dan, King Sulaiman, dll di televisi Indonesia menuai rating tinggi. Hindiholic effect awalnya, lalu ketemulah si Alia Bhatt sebagai sosok yang patut diapresiasi karyanya. Indonesia sendiri, semoga segera mengadaptasi situasi ini untuk menggeliatkan insan perfilman Kita.slm

Senin, 23 Februari 2015

Menuju sekolah indera

Resume pendidikan:
Pendidikan mengandaikan outputnya menjadi individu yang mumpuni dalam pengetahuan maupun ketrampilan. Nah dalam proses pembelajaran ini kemudian disuguhkan berbagai informasi pengetahuan dan ketrampilan maupun teori memecahkan persoalan pada umumnya, untuk bekal mengarungi perjalanan selanjutnya, perjalanan hidup bersama manusia lainnya, terjun di masyarakat.
Kritik pendidikan bisa dirunut mulai dari sajian kurikulum, metode yang digunakan, analisis output yang diserap pasar. Yang secara umum ‘digeneralisasi’ kegagalan dunia pendidikan kita disebabkan oleh sistem pendidikan kita yang tidak mampu menghasilkan output siap kerja ataupun sesuai dengan standart pasar, lulusan akhirnya bekerja dengan “diluar skill” yang didapat dibangku sekolah. Inipun juga bukan semata kesalahan lembaga pendidikan jika kasusnya “yang bekerja dengan tidak sesuai ijazahnya” memiliki pilihan sendiri terjun kerja pada peluang yang ada, berbeda dengan yang diajarkan dibangku pendidikan. Tetapi intinya kembali kita menyatakan sistem pendidikan kita tertuduh tidak mampu mengantarkan lulusan sesuai kebutuhan hidup dikemudian harinya.
Menggagas yang baru:
Perihal metode pendidikan dan “epistemic authority” serta struktur pengetahuan, jika dipermasalahkan, toh kita diberi kebesasan memilih, bahkan boleh menyediakan diri jika mampu menggagas yang diprediksi paling bagus untuk memproses peserta didik sesuai dengan target ‘keluaran’. Munculnya sekolah berafiliasi “luar negeri”, model sekolah alam, konsep fullday scholl, dan sederet konsep sistem yang diunggulkan, tetaplah memiliki kelebihan dan kekurangan. Akhirnya kejelian orang tua sebagai pengarah anak menjadi penting, sebagai penentu dalam maksimalisasi pengembangan potensi anaknya masing-masing. Biaya tentu menjadi resiko tanggungan bagi yang pilih-pilih ini, yang ingin puas dengan model pendidikan atas output yang dijanjikan setiap “model khusus” lembaga pendidikan ini.
Pemerintah lalu apa pentingnya? Iya ini amanah undang-undang, prinsipnya tentang kewajiban pendidikan adalah tanggungan negara.  Kemampuan keuangan negara dan kepentingan standarisasi-lah yang menjadikan negara menerapkan sistem pendidikan yang ditetapkan paling maksimal untuk diterapkan. Memenuhi fungsinya sebagai pengaturan kebijakan umum dan penjaga ‘kesatuan bangsa’ lewat pendidikan. Kebijakan pendidikan lokal? Sudah diatur dan belum ada yang berani melakukan rombakan besar2an, dilihat dari komitmen para jumlah kepala daerah yang mau mati-mati an memajukan lembaga pendidikan meskipun bersifat “kedaerahan”. Belum muncul “percontohan” yang dimunculkan atas inisiasi dan dukungan penuh yang berlingkup “kekhasan daerah”.
Kasuistik yang mengagumkan:
Jangankan saya, yakin, semua penggiat pendidikan yang resah juga belum punya rumus jitu menggerakkan dunia pendidikan kita (hehehe…asal klaim aja nih). Lepas dari rentetan masalah yang seolah-olah kita jeli mempermalahkan ini, tapi kita tengok sebntar, bahwa berkali-kali kita dibuat tercengang dengan prestasi yang diraih anak-anak “didik” kita. Mulai juara olimpiade level antar negara, penemuan-penemuan istimewa lewat lomba “biasa”, sampai banyaknya manusia indonesia ‘terdidik’ yang enggan pulang ke tanah “ibu pertiwi” karena lebih dihargai “ilmunya” di negara lain. Di paragrap ini tak usah dibahas apakah itu hasil “didikan” normal atau “perlakuan khusus” yang di“treatment”kan. Yang jelas daripada banyak omong, banyak sudah individu atau kelompok penggiat pendidikan yang sedemikian rela berjuang ke pelosok-pelosok demi menghantarkan hak pendidikan ini, demi mengamalkan ilmu mereka dengan atau tanpa campur tangan pemerintah. Jangan sampai kritik kita muncul sekedar menodai perjuangan, pengabdian, dan pengorbanan mereka yang jelas-jelas “tanpa pamrih”.
Secuil yang belum digarap, perenungan peluang dan mencari model pendidikannya:
Maksimalisasi potensi peserta didik, diterawang melalui kacamata ‘bloom’ atupun ‘gardner’, taksonomi yang “digarap” sudahlah sangat lengkap. Aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik (:bloom). Kecerdasan linguistic, matematis-logis, kinestetik, visual-spasial, musik, interpersonal, intrapersonal, naturalis(-religious:bagi yang bernaung pada agama tertentu) mengadaptasi dari teori Howard gardner, sudah cukup membuntal-simpulkan teori mendidik kita. Sekarang coba kita tengok sebentar sebagai fakta-pengalaman ini. Bahwa para tester kopi, tester teh. Bahwa para ‘pencium’ digudang tembakau, pencium aroma campuran minyak wangi. Bahwa digunakannya orang yang berpengalaman control mesin pabrik, yang men-chek kerusakan dengan mendengarkan suara mesinnya, dengan ketajaman telinga, pembuka brankas dengan ketajaman suara ‘klik’ kunci melalui pendengarannya. Bahwa ‘tukang angok’ yang berdiri paling depan yang menentukan arah perahu nelayan dalam mendapat tangkapan ikan. Dan sangat mungkin banyak ‘keahlian’ khusus dimasyarakat kita, yang belum mampu kita ‘potret’ sebagai salah satu misi dan model pendidikan kita, bahkan sebagai andalan dalam penyiapan dan pengembangan SDM anak-anak kita. Meskipun nyata mereka dibayar paling mahal dipekerjaan yang mereka tekuni, mereka sangat dibutuhkan, dan teorinya sederhana, optimalisasi indera menjadi tenaga ‘ahli’. Sayapun berusaha menemukan konsep ‘matang’ pendidikan model untuk ini. Menarik dan sederhana, Semoga!.

Rabu, 11 Februari 2015

8 Tahun


Tanggal 2 mei 2007-Tahun itu saya melihat pertama kali Sam Anto Baret di bulungan, Jakarta Selatan. Tempat induk Kelompok Penyanyi Jalanan berkumpul. Imaginasi saya langsung terbayang tokoh dalam Kho Ping Hoo, partai pengemis Kaypang, yang dalam dunia persilatan sejajar dengan kelompok Butong Pai, Siu Liem Pay dll. Dan di Jakarta ini sungguh saya menemukan wujud nyatanya. Kelompok yang berbasis orang 'pinggir', kelompok yang berdiri atas respon ketimpangan sosial. dan selalu, cara berpikirnya non- mainstream. Dalam berkelompok dan tatanan organisasinya. KPJ memiliki banyak cabang, dan malam itu terbukti banyak yang hadir dalam acara puncak ulang tahun KPJ. Lagi-lagi terlintas seperti cerita Kho Ping Hoo, banyak Tokoh2 lokal berdatangan entah dari cabang mana saja, yang jelas raut muka selalu tersenyum dan ramah menyapa setiap saling papasan, luar biasa! Saya mendapati suasana ini di Jakarta. Suasana rukun dan bersahaja. Yang mestinya sulit terjadi di 'kerasnya Ibu Kota'. Semua benar-benar menjadi saudara yang menyatu dalam fokus berlomba jadi orang‘benar’. Hanya kata ini yang bisa mewakili-penggambaran ini-menurut saya. Menyimak dari orasi Sam Anto Baret waktu malam puncak yang bertema ‘Muntah Putih’ itu. Tertepis gambaran disini adalah tempatnya kelompok preman yang bermuka ‘mencureng’  dan ganas, ternyata tidak demikian adanya dan jauh berbalik. Saat Sam Anto memperkenalkan tamu yang datang kepada saudara-saudara lain yang lebih dulu hadir, beliau selalu menggunakan bahasa indonesia campur ‘Kromo Inggil’ , bahasa paling halus. Padahal beliau sedang berhadapan dengan ‘anak-buah’nya sendiri dari daerah. Terkesiap dan tercengang aku waktu itu. Subhanallah…sejuk sekali di dalam hati. Pantas, Tampilan Sosok Sam Anto garang dan jangkung , tapi begitu bertutur kata,  sangat halus dan tenang. Hanya dari mendengar dan caranya berucap itu, saya mendapatinya begitu berwibawa. Bukan karena kasarnya, tapi malah karena halusnya. Dan moment kedua, Saat Tetua-Tetua KPJ (begitu saja saya menyebut, saya tidak hafal bro..) berkumpul, selalu saja ada pelayan (anak-buah) yang mengantar memberi minuman, walaupun itu tidak karena diperintah untuk menyajikan minum. Begitu minuman datang selalu mereka mengucap “suwun yo le…” lalu penyedia minum menjawab dengan santun “nggih…” . Nah.!. siapa yang tidak bangga memiliki -atasan/pemimpin/tetua/senior/bos- yang sangat menghormati dan menghargai -bawahan/yunior/karyawan- begini. Ringan untuk mengucap terimakasih pada siapapun. titik!
Dalam orasi pembukaan malam puncak aku hanya menghafal 2 paragrap yang mencerminkan pandangan Sam Anto Baret tentang Jalanan, kehidupan dan perjalannya. “Jalanan bukan impian, jalanan bukan khayalan, jalanan adalah kenyataan. Jalanan bukan pelarian, jalanan bukan sandaran, jalanan adalah kehidupan”. Dan “Kalau berani harus benar, kalau benar harus menang, dan kalau sudah menang duduknya yang benar”. Lalu diringi musik yang liriknya begini “menyampaikan kebaikan, tidak harus merasa baik. Menyampaikan kebenaran tidak harus merasa benar, kebenaran dan kebaikan itu ilmunya Tuhan, kebenaran dan kebaikan sudah ada sebelum kita dilahirkan”.

9 pebruari 2015-Berjumpa lagi saat Sam Anto berkunjung ke daerah….bla..bla..bla, bincang tentang sejarah pengamen, yang sudah ada sejak abad 17, 4 motivasi orang ke jalanan (sebagai karir, batu loncatan, iseng, dan profesi), sampai kenapa KPJ menggunakan istilah penyanyi bukan pengamen, karena tidak ada yang bercita-cita menjadi pengamen. tiba saatnya Sam Anto bicara tentang Jakarta kekinian..tentang kemungkinan jalanan akan semakin diserbu oleh banyak orang, karena semakin tidak banyak pilihan. dan apa yang paling kurekam? Satu gong paragrap saja “Kebenaran adalah ajaran, Kebaikan adalah Perbuatan dan Takut itu tidak punya rumah…wong hidup sekali saja”. Rasanya bergetar sampai kedalam hatiku saat itu juga. Cara berfikir nya, model perlawanan dan perjuangannya, konsistensi dan daya tahan yang Sam Anto pesankan, sungguh memukul ‘Malu’ apa yang sudah aku, sebagai generasi muda yang angin-anginan berbuat. Sam Anto memang nampak kelihatan lebih tua karena usia..tapi parau suaranya tetap semangat dan tajam. Pantang henti...”usiaku jek 39 iki” begitu candanya...  Menunduk malu kami, membangunkan lupa kami tentang ‘daya tahan’ didalam “Kebaikan adalah Perbuatan dan Takut itu tidak punya rumah…wong hidup sekali saja”.”takutlah kalau kita mengambil barang orang lain, takutlah kalau kita menindas orang lain…”. Semoga panjang umur untuk Sam Anto.

Rabu, 04 Februari 2015

tidur

Bermimpilah yang tinggi, mengejar mimpi adalah kehidupan yang penuh dengan nuansa, pasang surut rintangan dan kesenangan akan melingkupi dengan amplitudo yang ekstrim, melebihi kesenangan dan rintangan yang didapat dalam perjalanan kehidupan tanpa mimpi-mimpi. Untuk ini, mari tidur!

Hehehe… kalimat terakhir paragraf diatas adalah kesimpulan tindakan yang tak mengarah, tidak menuju pencapaian dan target, malah menjauhi dari mendekatkan diri pada titik bisa dinilai: "Hasil".

Tapi biarkan sebentar  tulisan ini melanjutkan membahas tentang tidur. Kita mulai dengan slogan kesehatan. “Tidur dibutuhkan oleh semua makhluk hidup untuk kembali merefresh otak dan otot kita”. Otak menjadi “jernih” dan mampu mulai berpikir setelah stress melanda. Dan “relaksasi” otot akan memulihkan kemampuan kerja otot tubuh kita setelah sekian waktu dirasuki kelelahan.  Durasi “ketahanan” otak dan otot dalam bekerja harus dikasih jeda untuk optimalisasi kembali kinerjanya.

Kedua, sekecil apapun “mimpi” yang terbersit dalam benak kita, sangat mudah terbengkelai dan tinggal mimpi yang tidak pernah wujud dalam kehidupan kita. Keinginan minum es yang segar, keingininan duduk diberanda rumah untuk melihat siapa yang mengunjungi rumah kita, dan keinginan-keinginan “biasa” berikutnya, hanyalah mimpi kecil yang hanya bisa terwujud sampai kita memulainya, dan melakukannya. Wow..kenapa ini kembali membahas mimpi. Ini harus kembali membahas tidur dong!

Okey, Ketiga, tidur bukanlah urusan durasi, tetapi kualitas. Pencarian kita adalah mencari “tidur yang berkualitas”. Teori tidur 8 jam sehari, 5 jam sehari, bahkan cukup 2 jam sehari, dimentahkan oleh teori “tidur 5 menit yang berkualitas”. Music pengiring tidur guna mencapai “deep-sleep”, penggunaan relaksasi aromatik, meditasi-tidur, dan penataan nuansa-visual tempat tidur banyak dikemukakan dan diteliti untuk memperpendek “usia tidur”. Semakin sedikit waktu tidur yang diperlukan, semakin menjajikan untuk “irit” waktu terbuang untuk urusan tidur ini. Dalam 24 jam sehari, banyak waktu yang bisa digunakan untuk beraktifitas selain tidur, iya...mata “terjaga” lebih panjang dari “terpejam”. Dan jangan diperbandingkan lagi, apalah manfaat terjaga lama dengan kualitas kerja yang masih sebanding dengan kerja 2 jam yang berkualitas perfect. Ini adalah perbandingan yang sama sekali tidak sepadan dan adil. Ukurlah sendiri kebutuhan tidur. kebutuhan tidur saya tidak sama dengan kebutuhan adik kecil yang baru lahir.

Nomor Empat, “Tidurlah Nak!, malam semakin larut”. Pada saat malam hari, itulah siklus manusia untuk tidur. Karena kita bukan spesies makhluk malam.  Penciptaan kita menyandang potensi lebih efektif beraktifitas disiang hari. Selimut “gelap” malam dan suhu lebih rendah memberi kenyamanan untuk memejamkan mata. Menyempatkan bangun tengah malam memiliki makna aktivitas “perenungan dan evaluasi”. Bukan menyambung melanjutkan dan segera menyelesaikan “pekerjaan sisa” siang tadi, tapi menyambung pikiran siang tadi dengan perencanaan untuk esok pagi.

Kelima, Kesempatan dan terlelap. “Mengantuk adalah rahmat, nikmat, dan bahkan rezeki”. Waktu sekolah dulu, pendidikku mengatakan “tetaplah masuk kelas ini walaupun terkantuk-kantuk”. Intinya melawan ‘tidak tidur’ sekuat-kuatnya. Berusaha sesedikit mungkin kita kehilangan moment “kesempatan”, terlewatkan di saat kita sedang tidak tahu, sedang tidur. Jika benar amat sangat tidak kuat menahan ‘kantuk’, biarkan raga ini tertidur, kita tidak bisa menolaknya. Bayangkan kalau kita tidak memiliki rasa “ngantuk”. Tiba2 kita akan tersungkur ketika saat tidur telah tiba, sedang kita sedang asyik naik sepeda. Mengantuk adalah tanda tubuh kita harus ditidurkan, sepanjang jangan kita terkantuk-kantuk terus karena penyakit atau kemalasan. Selebihnya, penderita gangguan susah tidur, sejauh ini dikatakan sebagai penyakit dan menyiksa penderitanya.

Keenam, Tidur adalah masa terbaik untuk penyembuhan. Pada waktu tidur sel-sel akan bekerja efektif memerangi penyakit tubuh ataupun dalam kondisi badan normal, sel berkembang lebih cepat untuk keperluan pertumbuhan. Seperti di poin lima diatas, tidur saat sakit, adalah bagian rahmat disebabkan 'manfaatnya'.

Dan terakhir, nanti kalau kita sudah meninggal, acara kita hanya tidur saudara-saudara…jadi mumpung ada waktu. Marilah tidak kita memperbanyak tidur, dan menghambat jumlah karya yang kita hasilkan, sekali lagi sebelum kita hanya bisa dan bertugas hanya untuk “tidur”.

Senin, 19 Januari 2015

mimpi

Semua orang pernah bermimpi, he eh melakukan sesuatu tanpa melakukannya, mengalami sesuatu tanpa  bisa kita mengukur pastinya, dunia ini juga kita kenali, sebagai dunia 'yang bukan sesungguhnya'.  Pada saat kita terjaga banyak orang yang menyuruh kita tidur, mereka berkata.. “bermimpilah”...,  buatlah “impian”...  .......inilah  “mimpi”........, harapan yang dijelaskan oleh sebatas ide2...dijelaskan hanya oleh rencana karangan... kalaupun terjadi 'persepsi' itupun hanya “gambaran2”...........

Keindahan dan mencekamnya mimpi, terjadi seserius keringat yang keluar dari khusuk mimpi. Aku merasa...  “mimpi” sanggup meninggalkan bekas “kebahagiaan yang ganjil”. mimpi serius berdampak  dalam semangat menajalani hidup. ............“Berkat mimpi semalam, tiba2 aku merasa ikhlas dan bahagia di hidup ini, hari ini”............... Jangan2 benar yang diucap penyair itu: “tangis di mimpi, menjadi obat diruang tamumu, dan tangis diruang tamumu, mendapati obat, tertawa di tidurmu”...”oh lihatlah sempurnanya dunia ini”...

Aku penasaran juga saat mendapati mimpi “yang rasaya awet”...melekat terus, membayangi akktifitas...bisa sehari sampai berhari-hari...hey kalao moment megesankan banyak dong yang rasanya melekat lebih dari seharian...saat keterima sebagai PNS bahagia badanku seperti melambung selama 2 hari...saat nenekku berpulang kehadapan ilahi, rasanya berhari-hari dalam kegamangan. Itu juga yang bisa diperbuat oleh “efek mimpi”.

MARI TIDUR DAN MIMPI

Kita butuh tidur agar otot beristirahat. Otak yang terlelap dapat menghilangkan kecemasan dan lebih segar saat bangun.

BADAN: ketika tidur, badan ini bertumbuh.... Sedangkan Pada saat sakit.... Tidur dapat mempercepat kesembuhan.  Pada beberapa orang...pada saat tertidur badan sanggup bergerak, berjalan, walaupun setelah bangun, mereka lupa. Selama tidur..... tubuh juga wajar jika sering bergerak, berguling, bahkan memukul.

OTAK: ketika tidur otak mengarang cerita,  inilah yang disebut mimpi. Ada mimpi yang sangat menakutkan, ada juga yang sangat menyenangkan. Didalam mimpi Kita seakan akan melihat, mendengar, menyentuh atau mengalami sesuatu, padahal ini semua tidak sungguh-sungguh terjadi

Terlebih jika terjadi Mimpi buruk atau mimpi yang menakutkan. Kita bisa sangat ketakutan, berteriak atau menangis pada saat masih tidur. Jangan takut lagi, karena ini segera berhenti saat kita bangun.  Sebaliknya dalam  mimpi yang menyenangkan, manusia tercatat sampai basah saat bermimpi! mengagumkan sebelum diramal. Jangan asal tebak!.....Wallahu a’lam

Labels

Asal (23) Perbuatan (22) Sikap (22) Suasana (18) Pertanyaan (15) Dream (10) Perjalanan (10) Tinggal Menerima (6) Main-main (4)